PADANG, HARIANHALUAN.ID — Pakar Geoteknik Unand, Prof. Abdul Hakam mengatakan, dari sekian banyak bencana yang melanda Sumbar sepanjang tahun 2024 lalu, bencana banjir pada bulan Mei hingga pertengahan tahun yang paling menyita perhatian dan membekas hingga saat ini.
“Pada 2024 ini, dari sekian banyak bencana yang terjadi di Sumbar, yang akan selalu diingat adalah bencana akibat banjir. Pertama yang mencengangkan adalah banjir di Pesisir Selatan yang diikuti longsor dan galodo. Kedua adalah banjir bandang di kaki Marapi dan Singgalang hingga ke Lembah Anai yang dampaknya luar biasa,” ujarnya saat dihubungi Haluan, beberapa waktu yang lalu.
Prof. Hakam mengingatkan bahwa Sumbar memang rawan dilanda hampir semua jenis bencana. Tetapi bencana banjir, longsor, plus galodo adalah yang paling rawan. Selain itu, bencana gempa dan tsunami yang memang sedang mengintai juga dikhawatirkan akan terjadi. Bencana alam ini tentu sedikit banyak juga ada pengaruh kerusakan lingkungan. Dan itu adalah hal yang mengkhawatirkan.
“Perkembangan teknologi alat berat, untuk mengubah tata guna lahan dilengkapi dengan pencegahan yang longgar, makin mengkhawatirkan. Sementara, masyarakat merasa berhak untuk mengubah tata guna lahan, dengan anggapan hak ulayat yang berlebihan. Padahal pengajaran terhadap hak ulayat itu sendiri telah semakin redup. Masyarakat mulai lemah memegang adaik nan lamo,” tuturnya.
Diakui akademisi Unand ini, upaya mitigasi di Sumbar saat ini masih amat minim. Dulu diharapkan pembangunan berbasis bencana, tetapi kenyataannya tidak terjadi. Bahkan mungkin tidak akan terjadi.
Upaya mitigasi yang dilakukan menurutnya hanya asal ada saja. Bukan menjadi program yang mestinya dijalankan di daerah rawan bencana seperti Sumbar. Oleh karenanya, untuk upaya mitigasi di Sumbar, yang mesti ditingkatkan adalah rasa tanggung jawab pimpinan daerah untuk melindungi masyarakatnya dari bencana. “Kalau itu meningkat, maka pembangunan berbasis mitigasi kemungkinan besar dapat terjadi,” ujarnya. (*)