Puasa qadha merupakan kewajiban yang harus ditunaikan oleh umat Muslim yang memiliki utang puasa Ramadan. Sebagai bentuk tanggung jawab ibadah, niat puasa qadha menjadi bagian penting dalam pelaksanaannya agar sah sesuai syariat Islam.
Mengutip dari buku Tata Cara dan Tuntunan Segala Jenis Puasa tulisan Nur Solikhin, berikut ini adalah bacaan niat puasa qadha:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى
Latin: Nawaitu shauma gadin ‘an qadaa’i fardhi syahri Ramadhaana lillaahi ta’aalaa.
Artinya: “Saya berniat mengganti (mengqadha) puasa bulan Ramadan karena Allah Ta’ala.”
Niat puasa qadha bisa dilakukan pada malam hari, sebelum terbit fajar. Hal ini sesuai dengan sebuah riwayat dari Syekh Sulaiman Al Bujairimi dalam Hasyiyatul Iqna’ sebagai berikut:
ويشترط لفرض الصوم من رمضان أو غيره كقضاء أو نذر التبييت وهو إيقاع النية ليلا لقوله صلى الله عليه وسلم: من لم يبيت النية قبل الفجر فلا صيام له. ولا بد من التبييت لكل يوم لظاهر الخبر
Artinya: “Disyaratkan memasang niat di malam hari bagi puasa wajib seperti puasa Ramadan, puasa qadha, atau puasa nadzar. Syarat ini berdasar pada hadits Rasulullah SAW, ‘Siapa yang tidak memalamkan niat sebelum fajar, maka tiada puasa baginya.’ Karenanya, tidak ada jalan lain kecuali berniat puasa setiap hari berdasar pada redaksi zahir hadits.” (Syekh Sulaiman Al-Bujairimi, Hasyiyatul Iqna’, [Darul Fikr, Beirut: 2007 M/1428 H], juz II)
Berikut ini tata cara menjalankan puasa qadha yang dianjurkan:
- Membaca niat puasa qadha Ramadan pada malam hari atau sebelum terbitnya fajar.
- Makan sahur adalah sunnah yang dianjurkan karena mengandung pahala dan keberkahan dari Allah SWT. Selain itu, sahur membantu tubuh lebih kuat dalam menjalani ibadah puasa.
- Menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa, seperti makan, minum, atau melakukan hubungan suami-istri, mulai dari terbit fajar hingga matahari terbenam.
- Menyegerakan berbuka saat matahari telah terbenam atau ketika waktu Maghrib tiba.
Dalam syariat Islam, terdapat enam keadaan yang memperbolehkan seorang Muslim membatalkan puasa wajib di bulan Ramadan. Kondisi-kondisi ini memberikan keringanan berdasarkan aturan agama, yaitu:
- Sakit
- Musafir
- Hamil dan menyusui
- Lanjut Usia
- Pekerja berat
- Wanita yang mengalami haid dan nifas
Hukum Puasa Qadha
Melaksanakan puasa qadha Ramadan merupakan kewajiban bagi setiap Muslim yang tidak menunaikan puasa di bulan Ramadan. Kewajiban ini didasarkan pada firman Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 184.
اَيَّامًا مَّعْدُوْدٰتٍۗ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَّرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗوَعَلَى الَّذِيْنَ يُطِيْقُوْنَهٗ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِيْنٍۗ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهٗ ۗوَاَنْ تَصُوْمُوْا خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
Artinya: “(Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka barangsiapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan orang miskin. Tetapi barangsiapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itu lebih baik baginya, dan puasamu itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 184).
Kapan Batas Waktu Mengqadha Puasa Ramadan?
Menurut buku 10 Formula Dasar Islam: Konsep dan Penerapannya karya Gamar Al-Haddar, batas waktu untuk menunaikan puasa qadha Ramadan adalah hingga sebelum bulan Ramadan berikutnya tiba. Jika melewati batas waktu tersebut, seorang Muslim tetap wajib menjalankan puasa qadha dan membayar fidyah sebagai bentuk tanggung jawab.
Jumlah hari puasa qadha yang harus dilakukan wajib sesuai dengan jumlah hari puasa yang ditinggalkan selama bulan Ramadan. Sebagai contoh, jika seorang Muslim tidak berpuasa selama 7 hari di bulan Ramadan, maka ia wajib menggantinya dengan 7 hari puasa qadha. (*)