Jurnalisme Cetak Masih Punya Masa Depan!
Wartawan senior penulis buku Ensiklopedia 1.001 Orang Minang ini juga meyakini bahwa media cetak masih akan tetap eksis dan bertahan sekalipun dihantam badai disrupsi informasi digital seperti saat ini.
Pada satu titik di masa depan, Hasril Chaniago percaya bahwa para pemangku kebijakan dan masyarakat luas, akan berhadapan dengan fakta objektif bahwa satu-satunya sumber informasi yang dapat dipercaya di era disrupsi digital, hanyalah media cetak dan media mainstream konvensional yang masih tetap setia bekerja sesuai kode etik jurnalistik.
“Pemerintah pada akhirnya tetap akan memilih media yang kompeten dan punya integritas. Dunia digital adalah dunia kacau balau. Di beberapa negara bahkan sudah ada evaluasi digital. Swedia misalnya, sudah mulai kembali ke buku cetak, karena godaan untuk menyimpang di dunia digital sangat besar,” ucapnya.
Prediksi itu, dikuatkan dengan penelitian para ilmuwan yang menemukan bahwa keterampilan intelektual hanya akan bisa berkembang lewat aktivitas membaca dan menulis secara fisik menggunakan tangan. Bukannya lewat Gadget pintar.
“Mudah-mudahan kedepannya akan ada format baru. Ini adalah suatu ironi, koran yang dikerjakan secara kompeten susah hidup, namun konten YouTube dan Tik-Tok yang dikerjakan asal-asalan bisa menghasilkan uang,” ujarnya.
Bagaimanapun, tegas Hasril Chaniago, disrupsi digital dan tsunami informasi yang ditimbulkannya, adalah tantangan bagi lembaga pers mainstream untuk tetap bertahan. Terutama dari sisi ekonomi dan pendapatan bisnis iklan yang hari ini porsinya semakin berkurang.
“Namun dengan tetap konsisten dan istiqomah dengan kualitas dengan misi edukasi mencerdaskan masyarakat dan mengembangkan informasi, mungkin tidak terlalu lama lagi, kita akan kembali ke kejayaan media cetak, kembali ke media mainstream,” tuturnya. (*)