Tetap Setia Jaga Integritas, Era Kejayaan Media Cetak Akan Kembali Terulang

Era Disrupsi Digital

Tokoh Pers Sumatera Barat (Sumbar), Hasril Chaniago

PADANG, HARIANHALUAN.ID – Tokoh Pers Sumatera Barat (Sumbar), Hasril Chaniago meyakini, di tengah era disrupsi digital yang menimbulkan ‘Tsunami Informasi’ seperti saat ini, publik masih tetap membutuhkan lembaga pers yang berintegritas dan kredibel sebagai sumber informasi terpercaya.

Namun di sisi lain, eksistensi lembaga pers mainstream yang tetap setia menjaga integritas dan beroperasi dengan menjalankan disiplin verifikasi informasi sesuai kode etik jurnalistik, seperti halnya yang dilakukan media cetak dan televisi, saat ini juga semakin tergerus.

“Data Dewan Pers terakhir, saat ini ada hampir setengah juta portal berita media online. Namun yang terverivikasi Dewan Pers tidak sampai satu permil. Palingan hanya sekitar 1.500 media saja. Nah sayangnya, media yang telah terverivikasi ini juga seperti hilang di tengah tumpukan sampah,” ujarnya kepada Haluan, Minggu (9/2/2025).

Oleh karena itu, Dewan Redaksi Harian Haluan ini menekankan bahwa media harus dikelola oleh sosok yang kompeten sesuai standar dan sertifikasi yang digariskan Dewan Pers. Yaitu paling tidak wartawan utama.

“Jumlah wartawan utama ini pun paling banyak hanya sekitar 10 ribu. Sementara jumlah media digital atau online saja sudah mencapai 400-500 ribu. Jadi, memang jumlahnya tidak sebanding,” ucapnya menggambarkan begitu sedikitnya jumlah SDM yang benar-benar berkompeten untuk mengelola sebuah media profesional.

Hasril Chaniago menekankan, menjaga integritas serta setia menjalankan disiplin verifikasi informasi sesuai kode etik jurnalistik, hari ini adalah satu-satunya keunggulan sekaligus kemewahan media pers mainstream dibandingkan sumber informasi lainnya yang berseliweran di internet dan dunia maya.

Persoalan integritas karya ini, disatu sisi juga menjadi tantangan bagi media cetak agar tetap bisa bertahan di tengah gempuran era “Tsunami Informasi” yang mengutamakan kecepatan dan viralitas seperti saat ini.

“Menjadi tantangan bagi media cetak untuk menjaga integritas. Meskipun ini tidak mudah, tapi wartawan yang profesional dan kompeten harus mampu menghasilkan karya berkualitas yang terpercaya,” ucapnya.

Jurnalisme Cetak Masih Punya Masa Depan!

Wartawan senior penulis buku Ensiklopedia 1.001 Orang Minang ini juga meyakini bahwa media cetak masih akan tetap eksis dan bertahan sekalipun dihantam badai disrupsi informasi digital seperti saat ini.

Pada satu titik di masa depan, Hasril Chaniago percaya bahwa para pemangku kebijakan dan masyarakat luas, akan berhadapan dengan fakta objektif bahwa satu-satunya sumber informasi yang dapat dipercaya di era disrupsi digital, hanyalah media cetak dan media mainstream konvensional yang masih tetap setia bekerja sesuai kode etik jurnalistik.

“Pemerintah pada akhirnya tetap akan memilih media yang kompeten dan punya integritas. Dunia digital adalah dunia kacau balau. Di beberapa negara bahkan sudah ada evaluasi digital. Swedia misalnya, sudah mulai kembali ke buku cetak, karena godaan untuk menyimpang di dunia digital sangat besar,” ucapnya.

Prediksi itu, dikuatkan dengan penelitian para ilmuwan yang menemukan bahwa keterampilan intelektual hanya akan bisa berkembang lewat aktivitas membaca dan menulis secara fisik menggunakan tangan. Bukannya lewat Gadget pintar.

“Mudah-mudahan kedepannya akan ada format baru. Ini adalah suatu ironi, koran yang dikerjakan secara kompeten susah hidup, namun konten YouTube dan Tik-Tok yang dikerjakan asal-asalan bisa menghasilkan uang,” ujarnya.

Bagaimanapun, tegas Hasril Chaniago, disrupsi digital dan tsunami informasi yang ditimbulkannya, adalah tantangan bagi lembaga pers mainstream untuk tetap bertahan. Terutama dari sisi ekonomi dan pendapatan bisnis iklan yang hari ini porsinya semakin berkurang.

“Namun dengan tetap konsisten dan istiqomah dengan kualitas dengan misi edukasi mencerdaskan masyarakat dan mengembangkan informasi, mungkin tidak terlalu lama lagi, kita akan kembali ke kejayaan media cetak, kembali ke media mainstream,” tuturnya. (*)

Exit mobile version