“Kaderisasi wartawan jelas terancam. Sebab saat ini, wartawan memang harus punya unit usaha lain. Kalau cuma mengharapkan gaji wartawan saja, tentulah tidak akan cukup. Sebab, ekonomi pers itu tidak tumbuh karena porsi iklan sudah diambil oleh media sosial,” ucapnya.
Terlepas dari persoalan kesejahteraan, Khairul Jasmi meyakini bahwa satu-satunya cara jitu untuk mempertahankan eksistensi bisnis media mainstream, adalah dengan meningkatkan kualitas produk jurnalistik dan kontrol sosial yang akurat.
“Nah untuk wartawan, minimal harus bisa menulis panjang, setengah panjang atau buku. Keterampilan itu memang tidak akan ada yang mengajari. Tapi itu semua bisa dipelajari secara otodidak asalkan konsisten dan mau belajar,” tuturnya. (*)