“Kita berharap mereka mampu memperbaiki yang sudah ada dan mampu menjalankan visi misi dan pemerintahan di tengah keterbatasan anggaran seperti saat ini. Saya berharap mereka bisa melahirkan kebijakan yang benar-benar bermanfaat bagi hajat hidup orang banyak,” ujarnya kepada Haluan, Rabu (19/2).
Menurut Bundo Raudha Thaib, Sumbar hari ini menghadapi tantangan kondisi sosial kemasyarakatan yang cukup luar biasa kompleks. Mulai dari jati diri orang Minang yang dinilai kian merosot hingga krisis moral dan kian lunturnya rasa nasionalisme generasi muda hari ini.
Kondisi ini, ucapnya, diindikasikan dengan kalimat yang belakangan ini viral seperti #KaburAjaDulu. Bundo Kanduang menegaskan, nasionalisme itu bukan soal tempat atau lokasi. Tapi tentang rasa cinta tanah air yang semestinya tidak akan hilang di mana pun kita berada.
“Untuk itu, pendidikan keindonesiaan dan keminangkabauan sangat penting untuk menjadi perhatian di samping aparat penyelenggara negara atau daerah yang benar benar bersih, transparan, dan akuntabel,” ucapnya.
Ia menegaskan, nilai-nilai luhur yang terkandung dalam filosofi adat Minangkabau, harus benar-benar diimplementasikan dan diaktualkan dalam segala aspek kehidupan di tengah kian tergerusnya kepercayaan rakyat terhadap aparat penyelenggara negara dan daerah.
Para kepala daerah di level provinsi maupun kabupaten/kota harus mampu membangun kepercayaan, meniupkan optimisme, dan membuat masyarakat benar-benar merasa diurus dan diperhatikan. “Prioritaskanlah apa yang paling penting. Termasuk soal mentalitas dan akhlak generasi muda hari ini. Megah pun infrastruktur yang kita bangun, tapi selama mentalitas masyarakatnya bobrok, ya tidak akan ada gunanya. Oleh karena itu, pemimpin Sumbar hari ini harus mampu menggali dan menerapkan nilai-nilai luhur yang ada dalam ajaran agama islam maupun adat istiadat Minangkabau,” katanya. (*)