PADANG, HARIANHALUAN.ID — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Kelas II Minangkabau meminta masyarakat Sumbar untuk meningkatkan kewaspadaan terkait potensi cuaca ekstrem saat puncak musim hujan.
“Di bulan Maret ini atau saat umat muslim melaksanakan ibadah puasa ada potensi terjadinya cuaca ekstrem dan ini perlu diwaspadai,” kata Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kelas II Minangkabau, Desindra Deddy Kurniawan.
Deddy mengatakan, secara klimatologi Sumbar termasuk tipe ekuatorial atau dalam setahun daerah tersebut akan menghadapi dua kali puncak musim penghujan, yakni Maret dan November 2025.
Dalam catatan BMKG, selama beberapa hari terakhir intensitas atau curah hujan di beberapa kabupaten sudah termasuk kategori ekstrem atau di atas 100 milimeter seperti yang terjadi di Kabupaten Limapuluh Kota dan Kabupaten Dharmasraya.
Kemudian, secara dinamika atmosfer, Sumbar juga tergolong dinamis terutama adanya belokan atau konvergensi yang dapat menciptakan awan-awan konvektif, serta bisa memicu pertumbuhan awan cumulonimbus yang dapat menyebabkan potensi hujan lebat. “Awan cumulonimbus ini bisa menciptakan hujan lebat hingga ekstrem, angin puting beliung, petir, hingga hujan es,” katanya.
Oleh karena itu, masyarakat perlu lebih meningkatkan kewaspadaan mengingat cuaca ekstrem tersebut bisa memicu berbagai macam bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor dan lain sebagainya. Imbauan itu terutama bagi masyarakat yang bermukim di daerah rawan bencana.
Deddy mengatakan, pada periode Maret-April merupakan masa transisi atau peralihan dari musim penghujan ke musim kemarau. Saat masa pancaroba biasanya cuaca sangat dinamis sehingga masyarakat diminta tetap waspada termasuk kemungkinan berbagai penyakit yang dapat muncul. (*)