PADANG, HARIANHALUAN.ID — BPBD Sumbar mencatat, sepanjang tahun 2024, wilayah Sumbar mengalami 1.175 kejadian bencana. Cuaca ekstrem berupa hujan deras disertai angin kencang menjadi penyebab utama bencana, dengan rincian 602 kejadian.
Juru Bicara BPBD Sumbar, Ilham Wahab menyebut, jumlah tersebut setara 51,23 persen dari total bencana yang melanda wilayah Sumbar. Kondisi ini mengindikasikan bahwa perubahan iklim dan pola cuaca yang semakin tidak menentu berkontribusi terhadap meningkatnya risiko bencana di wilayah Sumbar
Setelah cuaca ekstrem di posisi pertama, tanah longsor menempati posisi kedua dengan 285 kejadian (24,26 persen), diikuti oleh banjir sebanyak 220 kejadian (18,72 persen) serta kebakaran hutan dan lahan (karhutla) sebanyak 25 kejadian (2,13 persen).
Kemudian, gelombang pasang dan abrasi terjadi sebanyak 14 kali (1,19 persen), erupsi gunung api juga terjadi sebanyak 7 kali (0,60 persen), banjir bandang 20 kali (1,70 persen), dan kekeringan sebanyak 2 kali (0,17 persen).
“Data ini menunjukkan bahwa bencana hidrometeorologi masih menjadi ancaman terbesar bagi masyarakat Sumbar,” ucapnya kepada Haluan, Rabu (5/2).
Dari data grafik kejadian bencana per bulan, April menjadi bulan dengan jumlah kejadian tertinggi, yakni mencapai lebih dari 170 kasus. Sedangkan pada bulan-bulan lainnya tercatat fluktuasi dengan jumlah kejadian bervariasi antara 50 hingga 150 kasus per bulan.