“Saya ingin mengingatkan Desember 2023, kelalaian jangan sampai terjadi lagi, orang meninggal karena mendaki Gunung Marapi yang saat itu statusnya level 3 atau tidak boleh ada pendakian. Kemudian terjadi erupsi yang tidak menyebabkan kerusakan kampung sekitarnya, namun karena ada pendaki yang naik akhirnya menjadi korban kena awan panas guguran,” tegas Suharyanto.
Selang beberapa bulan kemudian, tepatnya saat musim hujan melanda wilayah Gunung Marapi, menimbulkan bencana lainnya yaitu banjir lahar dingin hingga menerjang pemukiman warga.
“Kemudian bulan Mei hujan deras, muncul banjir lahar dingin, yang akibatkan meninggal 67 orang yang mengungsi empat ribu lebih,” imbuhnya.
Pasca dua kejadian itu, pemerintah langsung melakukan relokasi kepada warga yang tinggal di dalam radius atau zona berbahaya.
“Sebagian sudah direlokasi di Tanah Datar dan Agam relokasinya sudah selesai. Dicek lagi masing-masing daerah, masyarakat yang tinggal di kawasan risiko bencana jarak 7 sampai 8 kilometer dari puncak Gunung Marapi sudah tidak boleh lagi ada yang tinggal di situ,” jelasnya.
Pascabanjir lahar dingin BNPB memasang sensor dan sirine, untuk mencegah terjadinya potensi banjir lahar dingin ketika musim hujan lebat.