Meski rencana besar itu akhirnya tidak terwujud oleh sesuatu dan lain hal, namun saya melihat betapa serius dan sungguh-sungguhnya Pak Hasan, memikirkan dan mengupayakan berbagai terobosan untuk membangun Sumbar. Termasuk menarik dan mendorong potensi rantau untuk terlibat aktif membangun daerah ini. Langkah Pak Hasan itu, saya lihat, mendapat dukungan penuh dari berbagai kalangan, terutama Ketua Kadinda Uda Basril Djabar yang all-out membangun komunikasi ranah dan rantau. Ah, sekarang saya merindukan masa-masa seperti itu.
Setelah NDC tidak bisa terwujud, saya beberapa kali tetap berkomunikasi dengan Pak Hasan, termasuk dengan Uda Basril Djabar. Cerita tetap sama. Bagaimana cara membangun kampung. Akhirnya, sekitar tahun 1993, saya sampaikan niat saya kepada Pak Hasan dan Uda Basril untuk membangun mall di Jalan Hamka, Air Tawar. Walau banyak orang kala itu, tidak percaya dan bahkan mengganggap saya ‘gila’ mau membangun mall di pinggiran kota –saat itu yang dianggap pusat kota adalah sekitaran Terminal Lintas Andalas sampai Jalan Veteran. Apalagi tahun 90-an itu, belum terbayang ada gaya belanja mall di Sumatra Barat, karena memang belum ada satu pun mall di daerah ini.
Kendati banyak yang meragukan dan bahkan menganggap saya ‘gila’ dengan ide membangun mall, tapi tidak demikian dengan Pak Hasan. Pemikiran Pak Hasan, agaknya sama dengan yang saya pikirkan, saat itu. Beliau tidak hanya memikirkan membangun mall tahun 90-an untuk tahun 90-an saja, tapi sudah membayangkan untuk perkembangan kota tahun 2000-an, tahun 2010-an dan seterusnya. “Bagus. Saya dukung penuh. Kota ini pasti berkembang, Air Tawar itu, Insya Allah nanti akan ramai. Apa yang Bas perlukan, lahan, izin, akan saya bantu sebisanya,” begitu kata Pak Hasan, dengan penuh semangat.
Tak kalah semangatnya, Uda Basril Djabar, termasuk Pak AA Navis (alm) bersama Wali Kota Padang kala itu, Pak Zuiyen Rais, ikut mendorong berdirinya mall pertama di Sumatera Barat. Mall itu bernama Minang Plaza. Dan pascagempa 2009, di atas areal Minang Plaza, dibangun kembali dan kini berdiri Basko Grand Mall dan Premier Basko Hotel.
Pak Hasan, saya masih ingat bagaimana binar bola mata beliau, waktu peresmian mall pertama di Sumbar itu. Masih segar diingatan saya senyum bahagia Pak Hasan, baik waktu meresmikan Minang Plaza maupun ketika peresmian Basko Hotel dan Basko Grand Mall. Dari orang-orang dekat Pak Hasan saya tahu, kebahagiaan Pak Hasan lantaran cita-cita beliau membangun Sumbar melalui potensi rantau, terwujud juga. “Meski tidak sebesar rencana semula, tapi ini lebih dari cukup. Mudah-mudahan ini bisa memicu tumbuhnya investasi-investasi baru di Sumbar,” demikian kalimat Pak Hasan suatu ketika.
Saya mencatat, sejak pembangunan Minang Plaza sampai kepada pembangunan Basko Grand Mall dan Premier Basko Hotel, termasuk pembangunan sejumlah unit Basko Group di Riau, di Kepri dan di Jakarta, Pak Hasan selalu menepati janji, bahwa beliau akan mendukung penuh dan membantu sebisa beliau. Dan ini yang paling penting, dukungan dan bantuan Pak Hasan, ikhlas beliau lakukan. Tidak ada kompensasi. Tidak ada minta balas jasa.
“Bas, bagi Bapak, yang penting Sumbar maju. Kekuatan ranah dan rantau bisa bersatu membangun negeri yang kita cintai ini,” kata-kata ini, terngiang kembali di telinga saya. Bulu roma saya berdiri. Pak Hasan, maafkan ananda tidak bisa melepas Bapak ke tempat peristirahatan terakhir. Maafkan saya. Semoga Allah SWT mencatat semua kebaikan Bapak kepada banyak orang dan kepada Sumatera Barat. Semoga amal dan kebaikan Bapak, setia mendampingi Bapak di alam sana. Aamin. (*)
Oleh: H Basrizal Koto