HARIANHALUAN.ID – Pesan Amak. Berbuat dan bermanfaat untuk Ranah Minang. Investasi mesti tanpa negosiasi. Kalau banyak negosiasi, ini harus begini, itu harus begitu, lari investor. Yang penting adalah untuk kebaikan daerah, kebaikan masyarakat. Maka ramah dan ayomilah investasi. Demikian inti suara H Basrizal Koto (Basko) saat diwawancarai seputar investasi Basko City Mall (BCM). Berikut petikan lengkapnya:
Pak Bas, bisa cerita motif ringkas membangun Basko City Mall?
Alhamdulillah, usia saya sekarang sudah 66 tahun. Sudah 10 tahun ‘pensiun’ mengurus bisnis. Semua dijalankan generasi kedua, anak-anak. Ada Zico, Nando, Wendo, Brian, Irena, dan lain-lain. Saya merasakan, Allah sayang sama saya. Alhamdulillah, usaha jalan, anak-anak kompak, cucu 22 orang. Rezeki terus mengalir.
Kalau saya hanya berpikir untuk kepentingan diri dan keluarga, saya tidak perlu lagi repot-repot membangun mall terbesar ini. Saya kumpulkan seluruh rezeki yang diberikan Tuhan kepada kami, lalu didepositokan ke bank. Hasilnya lebih dari cukup untuk kami menikmati hidup.
Tapi, saya terus berpikir. Apakah hidup hanya cukup untuk diri kita dan keluarga kita saja. Lalu, apa artinya kita untuk daerah, untuk masyarakat? Ah, saya teringat pesan orang tua, pasan Amak. Bas, sebaik-baik manusia adalah yang bisa bermanfaat untuk orang lain. Berguna untuk kampung halaman. Kalau si Bas lai barasaki, bangun yo, kampuang awak. Terakhir, sebelum orang tua saya meninggal beberapa tahun lalu, pesan itu tetap diingatkan. Tidak hanya ke saya, tapi Amak sampaikan ke cucu-cucu beliau. Ke Zico, ke Nando dan yang lain. Berbuat untuk kampung halaman.Â
Selain itu, ada motif khusus?
Ya, harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading. Sebagai manusia, saya kelak ingin meninggalkan nama; Basko! Hari ini coba tanya ke anak-anak, remaja dan umumnya masyarakat di daerah ini. Kenal ndak dengan Basko. Sebagian besar pasti akan menjawab, kenal. Basko itu mall dan hotel di Air Tawar. Sebentar lagi, Insya Allah, jawabannya; Basko itu mall terbesar di By Pass, Padang. Dimana turun, tanya sopir ke penumpang. Di Basko, haha…
Di luar internal diri dan keluarga, apa yang mendorong Basko investasi di Sumbar. Bukankah investasi di Sumbar tidak mudah?
Ya saya tahu itu. Banyak tantangan. Ada kalanya, saya merasa ditinggal sendirian ketika menghadapi masalah terkait investasi di daerah ini. Tapi, sudahlah kita lupakan itu. Dalam hidup saya, selain orang tua dan keluarga, ada figur-figur yang saya hormati yang mendorong dan memotivasi saya untuk berbuat di kampung halaman.
Ada Pak Hasan (Hasan Basri Durin-red) yang mendorong dan mendukung sepenuh hati waktu membangun Minang Plaza, investasi pertama di Sumbar tahun 1990-an. Kedua, ada Pak Gamawan (Gamawan Fauzi, mantan Gubernur Sumbar dan Mendagri-red). Beliau juga sepenuh hati mendorong saya membangun hotel di Padang (Basko Grand Hotel-red). Selain Pak Hasan dan Pak Gamawan, ada Uda Basril Djabar (Ketua Kadinda Sumbar saat itu) dan Pak Zuiyen Rais (Wali Kota Padang era 1990-an).Â
Membangun Basko City Mall, siapa yang mendorong Basko?
Kalau BCM, ceritanya tahun 2013-an, kita sudah berencana bangun mall besar di By Pass. Tapi karena saya lihat situasi kurang kondusif, termasuk tantangan yang kita hadapi dengan investasi yang di Air Tawar (Basko Grand Mall dan Grand Basko Hotel), rencana itu kita hentikan.