WPSE Bonjol di Kabupaten Pasaman yang menyimpan potensi 60 MW dieksplorasi oleh PT Medco Power Indonesia. WPSE Singgalang-Tandikek yang menyimpan potensi sebesar 20 MW dieksplorasi oleh PT Hitay Balai Kaba Energi. Sedangkan WPSE Koto Sani Tanjung Bingkung di Kabupaten Solok (20 MW) dieksplorasi oleh PT EDC Panas Bumi Indonesia.
“Dari lima lokasi itu, hanya WKP Liki Pinang Awan yang sudah berproduksi. Sementara WKP Bonjol sedang dalam proses eksplorasi dan akan memulai pengeboran pada Agustus mendatang,” katanya.
Helmi juga menyampaikan, ada tiga lokasi potensi panas bumi lain yang area PSPE-nya saat ini sedang ditawarkan oleh Kementerian ESDM melalui platform GENESIS Dirjen EBTKE. Ketiganya adalah Pincurak (50 MW) dan Cubadak (66 MW) di Kabupaten Pasaman Barat (Pasbar) serta Panti (131 MW) di Kabupaten Pasaman.
“Rencananya lelang WKP baru ini akan diumumkan pada awal Agustus. Ini menjadi peluang besar bagi pengembang yang tertarik berinvestasi di sektor EBT,” kata Helmi.
Janjikan Investasi & Serap Tenaga Kerja
Selaku Kepala Dinas ESDM Sumbar, Helmi yakin bahwa investasi yang masuk ke sektor panas bumi akan memberikan banyak sekali dampak positif bagi Sumbar. Sebagai contoh nyata, tahap dua eksplorasi yang dilakukan PT Supreme di Solsel saja telah mampu mendatangkan investasi sebesar Rp8,2 triliun.
“Jika dihitung, rata-rata setiap 1 MW kapasitas panas bumi diperkirakan bisa menarik investasi antara USD3 juta hingga USD6 juta. Selain nilai ekonomis yang besar, proyek geothermal juga berpotensi besar dalam menyerap tenaga kerja. Dalam tahap konstruksi, satu proyek bisa menyerap 1.000 sampai 1.500 pekerja serta 200 sampai 400 orang saat masuk masa operasi,” katanya.