PADANG, HARIANHALUAN.ID — Sumatera Barat (Sumbar) tengah menghadapi tantangan serius di sektor lalu lintas. Lonjakan jumlah kendaraan bermotor yang tidak sebanding dengan kapasitas infrastruktur jalan, menjadi pemicu utama kemacetan dan meningkatnya risiko kecelakaan di berbagai wilayah.
Data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, jumlah kendaraan bermotor di Sumbar pada awal tahun 2025 tercatat sebanyak 2.085.397 unit. Sepeda motor mendominasi dengan 1.778.785 unit, disusul mobil penumpang 236.316 unit, mobil barang 59.361 unit, dan bus 10.935 unit.
Namun, berdasarkan data Electronic Registration Identification (ERI) Korlantas Polri per 23 Juli 2025, jumlah kendaraan di Sumbar melonjak drastis menjadi 3.147.632 unit. Dari total tersebut, sepeda motor masih menjadi penyumbang terbesar dengan 2.616.283 unit.
Kenaikan ini tidak diimbangi penambahan ruas jalan secara signifikan. Akibatnya, titik-titik kemacetan semakin sering ditemukan, terutama di kawasan rawan seperti Pasar Koto Baru, Padang Luar, Baso, hingga simpul-simpul kemacetan di Kota Padang.
Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas) Polda Sumbar pun harus bekerja ekstra melakukan rekayasa dan pengaturan lalu lintas, khususnya saat jam sibuk, hari pasar dan musim liburan.
“Pertumbuhan kendaraan tidak bisa dibendung. Jika tidak diiringi penguatan infrastruktur dan kesadaran tertib lalu lintas, maka potensi kecelakaan dan kemacetan akan terus meningkat,” ujar Dirlantas Polda Sumbar, Kombes Pol Reza Chairul Akbar Sidiq, melalui Bagbin Ops AKP Sugeng Riadi, Rabu (24/7/2025).
Kecelakaan Menurun, Korban Meninggal Naik
Meski jumlah kecelakaan lalu lintas menurun hingga 41 persen dibandingkan tahun lalu, ironisnya, jumlah korban meninggal dunia justru meningkat dari lima menjadi enam jiwa. Data Ditlantas mencatat, hingga pertengahan 2025 telah terjadi 34 kasus kecelakaan.
Korban luka berat turun 14 persen, dan luka ringan menurun tajam 67 persen. Namun, nilai kerugian materi tercatat naik tiga persen, mengindikasikan bahwa sejumlah insiden tergolong cukup parah.
Kota Padang menjadi daerah dengan kasus kecelakaan terbanyak (9 kasus), diikuti Pesisir Selatan (6 kasus) dan Bukittinggi (3 kasus). Korban didominasi warga berusia 10–24 tahun. “Anak muda masih menjadi kelompok paling rentan. Ini menunjukkan pentingnya pendidikan lalu lintas sejak dini dan pengawasan orang tua terhadap anak-anak mereka yang sudah mengendarai motor saat usia sekolah,” kata Sugeng.