Selain itu, peningkatan mutu gambir juga menjadi langkah strategis yang tak kalah penting. Petani didorong untuk memproduksi gambir berkualitas tinggi dengan mengikuti prosedur standar, serta menghindari praktik mencampur gambir dengan bahan lain seperti tanah atau pupuk.
Solusi jangka panjang lainnya, kata Ramal, adalah hilirisasi produk gambir. “Jangan hanya jual mentah. Gambir bisa dikembangkan jadi minuman, suplemen, obat, hingga kosmetik. Ini butuh riset bersama perguruan tinggi dan dukungan pendanaan dari pemerintah daerah,” ujarnya.
Saat ini, AKGI menaungi sekitar 15 eksportir gambir, mayoritas berasal dari Sumatera Barat, disusul Medan, Aceh, Palembang, dan beberapa daerah lainnya. Dalam satu tahun, total ekspor dari anggota AKGI bisa mencapai hingga 15 ribu ton gambir.
Dengan potensi besar yang dimiliki, Ramal berharap ada sinergi antara pemerintah, pelaku usaha dan akademisi untuk mengangkat kembali pamor gambir Sumbar, sekaligus menyejahterakan petaninya. (*)