Guswardi juga mendorong pemerintah agar menetapkan standar harga layak bagi gambir, sebagaimana diberlakukan pada komoditas ekspor lain seperti kelapa sawit. Selain itu, ia menilai pembinaan dan dukungan teknologi kepada petani sangat diperlukan untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas produksi.
“Saat ini, hanya sekitar 7 persen dari daun yang bisa dihasilkan menjadi gambir. Harapannya bisa meningkat minimal menjadi 10 hingga 12 persen,” ujarnya.
Menurutnya, pengolahan gambir masih dilakukan secara tradisional. Petani belum sepenuhnya menggunakan teknologi modern dalam budidaya maupun proses pasca-panen, sehingga hasil produksinya rendah.
Gambir sendiri dihasilkan dari proses perebusan daun dan ranting, kemudian dipres atau didongkrak untuk mengeluarkan getah. Setelah melalui proses pengendapan semalaman, getah tersebut dicetak dan dikeringkan selama 1 hingga 3 hari untuk siap dijual.
Guswardi menegaskan, solusi jangka panjang harus mencakup pembukaan akses pasar baru selain India dan mendorong ekspor produk olahan, bukan lagi bahan mentah. Hal ini dinilai penting demi keberlangsungan ekonomi ribuan petani gambir di Sumbar. (*)