Harusnya, menurut Basril Basyar dan Mardiati, hal ini mestinya diiringi dengan teknologi untuk diversifikasi produk. Misalnya susu yang dihasilkan diolah menjadi yoghurt, menjadi es krim dan aneka produk lainnya yang lebih bernilai jual. Dengan demikian, nilai ekonomis produk itu akan meningkat dan dengan sendirinya perekonomian peternak juga akan terangkat.
“Kita harus menyiapkan peternak yang unggul, terampil, paham cara beternak, memilih bibit, mengolah makanan , manajemen yang baik sampai pada pemasaran supaya bisa mencapai tujuan swasembada daging tersebut. Hal ini tentunya butuh regulasi khusus dari pemerintah sebagai pembuat kebijakan,” kata Basril Basyar dan Mardiati Zain senada.
Secara khusus, Basril Basyar menyebut, peran tenaga penyuluh peternakan dalam hal ini tentunya sangat besar untuk membantu peternak di pedesaan dengan ilmu yang dimilikinya. “Kami dari ISPI juga menggerakkan sumber daya yang kami miliki. Nah, pemerintah harusnya melihat hal ini sebagai potensi untuk bisa mengembangkan peternakan, dengan membuat regulasi yang jelas agar semuanya bisa bergerak,” kata Basril Basyar.
Peran Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam hal ini, menurut Dekan Faterna Unand Mardiati Zain, tentunya sangat penting dalam hal ini. “Kami sudah banyak melakukan riset (penelitian) tentang ruminansia. Sekarang tinggal lagi bagaimana cara pemerintah mensupport rakyatnya melalui regulasi yang sesuai dan melakukan pendampingan pada peternak untuk mencapai hasil maksimal,” kata Mardiati.
Selama ini, Faterna sudah melakukan pendampingan pada peternak, tapi untuk mengembangkan peternakan butuh modal yang besar. “Pemerintah perlu memfasilitasi peternak untuk mendapatkan kredit bank sebagai tambahan modal nya. Tapi karena kredit ini berisiko tinggi, tentunya butuh pendampingan agar bisa meminimalisir risiko tersebut,” kata Mardiati. (h/atv)