Teks foto: Taklimat Peluncuran Pekan Nan Tumpah 2025 di Fabriek Padang, Rabu (20/8/2025) kemarin. KIKI NOFRIJUM
PADANG, HARIANHALUAN.ID — “Seni Murni, Seni Terapan, Seni Terserah: Jika Kamu Paham Semua Ini, Mungkin Kamu Salah Paham”. Penjudulan yang paradoks ini telah menjenakakan tanda tanya di kepala. Kalimatnya seperti peranakan dari buah pikir Joko Pinurbo yang selalu mempreteli kata-kata ke dalam bait puisinya. Tema ini merupakan bingkai dari pelaksanaan Pekan Nan Tumpah 2025 sebagai gelaran dwitahunan Komunitas Seni Nan Tumpah.
Di Fabriek Padang, pada 24 sampai 30 Agustus ini, “Seni Murni, Seni Terapan dan Seni Terserah” mungkin akan tergambar cukup jelas bagaimana tema Pekan Nan Tumpah itu hadir. Bisa saja, “Jika Kamu Paham Semua Ini” hanyalah sekadar penerawangan di awal, yang kemudian dijawab “Mungkin Kamu Salah Paham”, akan membuka jelas hasil-hasil dari pengamatan yang telah dikira-kirakan.
Direktur Pekan Nan Tumpah, Mahatma Muhammad, mengatakan Pekan Nan Tumpah tidak bertujuan untuk mendidik atau bahkan menciptakan diri sebagai festival termewah, terbesar, atau ter ter lainnya. Pekan Nan Tumpah ini hanyalah ingin meruangtemukan lintas-lintas seni ke dalam kebersamaan. Sebab, Pekan Nan Tumpah sendiri ini lahir dari halaman rumah yang kemudian perlahan menjajal pelangkahannya keluar.
“Dari tahun ke tahun sampai pelaksanaannya yang ketujuh kami istilahnya ada dan berlanjut. Sebagaimana pengamatan kami kalau ide dan gagasan yang muncul hari ini memang dirasa begitu, bahwa seni hari ini tidak lagi terikat pada hal-hal yang teoritis dan substansi lagi. Semua tentang seni, alat-alatnya sudah leluasa diapakan saja sesuka hati, asalkan bisa dipanggungkan,” katanya kepada Haluan, Jumat (22/8/2025).
Seni seakan sudah tidak berkotak-kotak lagi dan telah mengaburkan kelompok-kelompoknya. Mahatma tak menampik masa depan berkesenian akan seperti apa dan bagaimana. Yang jelas upaya-upaya akomodir tetap menjadi jalan untuk meruangkan seni-seni yang berkembang hari ini sebagai wujud relevansi dengan masyarakat hari ini.
“Dari situasi berkesenian itulah kita melihat pertunjukan sudah berani, karena seni itu telah melebur. Jejaring-jejaring ini yang kita pertahankan atau bahkan diperlebar lagi agar seni itu harapannya bisa tumbuh. Di NTMS kita ingin membawa generasi muda agar mau menikmati seni atau bahkan kelak menjadi pelaku seni,” ujarnya.
Supervisor Pekan Nan Tumpah, Nasrul Azwar melihat perayaan Pekan Nan Tumpah benar-benar sedang melimpah ruah. Mak Naih — panggilan kesayangannya — yang bertindak sebagai bentuk-jadi buku Pekan Nan Tumpah akan mengurai seluk-beluk seni pertunjukan dan lain-lainnya.
“Buku perjalanan Nan Tumpah ini diamati dari tujuh kali pelaksanaan Diskusi Kelompok Terpumpun (DKT) yang telah digelar sejak Maret lalu. Ini diperkuat juga dengan survei mini tentang memori-memori KSNT dan Pekan Nan Tumpah-nya,” katanya.
Kurator Pameran, Nessya Fitryona menyebutkan kehadiran pameran pada Pekan Nan Tumpah ini tidak sekadar menggadang-gadangkan karya-karya dari perupa di bidangnya saja, karena mengingat induk tema yang dirancang bahwa seni telah melebur dan saling berkawan.
“Yang menarik karya-karya tidak diciptakan dari tangan seniman saja, tapi orang dengan bidang lain juga berpartisipasi. Ada dari bidang optometri, dan bahkan dari anak SMP. Karya-karya yang ada seperti instalasi, mix media, eksperimental dan lain-lain,” jelasnya.
Lalu tutur Angelique Maria Cuaca, selaku Kurator Pertunjukan Ekshibisi, juga menyebutkan Pekan Nan Tumpah ini menjejaring apa yang ada dan apa yang bisa. Seperti anak-anak sekolah pun bagian terpenting dari upaya Nan Tumpah mempelebar pintu gerbang kesenian.
“Kita ingin mereka yang anak-anak sekolah ini pada akhirnya bahwa seni itu baik. Mereka jangan sampai tidak peduli, tidak pun mereka bisa berkesenian, setidaknya mereka bisa menikmati kesenian,” katanya.
Begitu pun dari Kurator Pertunjukan Seni, Jumaidil Firdaus. Ia mengklaim bahwa sebagian pertunjukan akan “meneror”. Pertunjukan lama atau baru, semuanya akan menggugah. “Sebanyak 16 pertunjukan yang berpanggung diisi oleh pertunjukan musik, tari dan teater. Penampilan ini ada karya yang telah ditampilkan, dan juga karya baru.”
Dan dalam penata artistik pun, Aser selaku Direktur Artistik menjelaskan Fabriek Padang dijadikan venue Pekan Nan Tumpah kali ini berangkat dari kesepakatan dan konsep yang telah digagas bersama.
“Venue-nya terdiri dari tiga ruang pamer, tiga ruang pertunjukan dan satu area pelatihan dan juga disediakan UMKM dan lapak baca” ujarnya. (*)