Hal yang sama juga disampaikan, Rapit, petani lainnya juga mengaku terdampak pengikisan lahan akibat aliran Sungai Batang Gasan itu. Berbeda dengan Sidun, Rapit sudah kehilangan seluruh lahan sawahnya di Piliang.
“Tumpak sawah saya yang di Piliang sudah habis terban tergerus aliran sungai. Ada lahan saya yang ditanami jagung di Tanjuang, namun saat ini juga terancam karena juga berada di pinggiran sungai,” katanya sembari berharap agar pemerintah secepatnya menangani persoalan itu.
Ia membeberkan, selain persoalan pengikisan lahan, air Batang Gasan juga sering merendam pertanian warga hingga memicu gagal panen. Beberapa titik jalan dan jembatan di Korong Tanjuang juga telah amblas dihondoh aliran sungai.
Bencana amblasnya sejumlah titik infrastruktur publik di sana sudah berlangsung sejak 2020. Hingga saat ini, akses yang rusak belum satupun yang mendapat sentuhan pembenahan dari pihak terkait. Kecuali masyarakat sekitar yang swadaya melakukan perbaikan darurat. (*)