“Ekonomi bisa dicari, tapi kalau lingkungan rusak, generasi mendatang yang menanggung akibatnya. Semua pihak, pemerintah, perusahaan, masyarakat, akademisi, hingga media massa, harus menjalankan peran masing-masing,” ujarnya.
Ia menambahkan, solusi berbasis teknologi bisa dimanfaatkan. Gas metana dari limbah cair, misalnya, dapat diubah menjadi energi listrik. “Kalau teknologi ini diterapkan, dampak negatif bisa dikurangi sekaligus memberi nilai tambah,” ucap Mahdi.
Di tengah pertumbuhan sawit yang tak terbendung, Sumbar dihadapkan pada pilihan besar, mengoptimalkan berkah ekonomi atau terjebak dalam bencana ekologis. (*)