PADANG, HARIANHALUAN.ID – Indonesia tengah berdiri di persimpangan sejarah. Bonus demografi yang diprediksi mencapai puncaknya pada 2030–2045 bisa menjadi batu loncatan emas menuju Indonesia maju, atau justru berubah menjadi bom waktu jika gagal dikelola.
Sekretaris Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga) sekaligus Sekretaris Utama BKKBN, Budi Setiyono, menegaskan fenomena ini dalam konferensi pers di Padang, beberapa waktu lalu. Ia menyebut, bonus demografi sebenarnya sudah berlangsung sejak 2012, namun titik puncaknya baru akan tercapai ketika sekitar 70 persen penduduk berada di usia produktif.
“Jika semua bisa mengaktualisasikan produktivitasnya, maka negara akan memiliki kemampuan fiskal yang kuat untuk mempercepat pembangunan nasional,” ujar Budi.
Namun, ia mengingatkan ancaman besar yang mengintai jika generasi usia produktif tidak mendapat kesempatan bekerja. “Kalau mereka tidak mendapat kesempatan bekerja, baik mandiri maupun di lembaga, maka potensi ini bisa menjadi masalah serius,” ucapnya.
Untuk itu, pemerintah disebut memiliki tanggung jawab besar menciptakan ekosistem yang mendukung produktivitas generasi muda. Salah satu langkah prioritas adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia sejak dini.
“Tidak boleh ada lagi bayi lahir stunting. Pemerintah juga menyiapkan makan bergizi gratis untuk ibu hamil, balita, hingga anak sekolah agar lahir generasi sehat dan cerdas,” ucap Budi.
Selain itu, pemerintah menyiapkan strategi membuka lapangan kerja baru, dari penguatan koperasi hingga hilirisasi industri. Semua diarahkan agar penduduk usia produktif mampu mengaktualisasikan potensi dirinya.
“Dengan begitu, bonus demografi benar-benar menjadi peluang emas menuju Indonesia maju,” tutur Budi. (*)