Tunggu Arahan Pusat, Dinkes Sumbar Masih Prioritaskan Vaksin Booster bagi Nakes

Vaksin Booster Covid-19. (Foto: halodoc.com)

PADANG, HALUAN — Pemerintah akan memulai vaksinasi booster atau penguat pada 12 Januari 2022 mendatang. Di Sumbar, vaksin dosis ketiga ini masih akan diprioritaskan bagi tenaga kesehatan (nakes).

Kabid SDK Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumbar, Beniara Asmus mengatakan, saat ini belum ada vaksin booster yang disiapkan bagi masyarakat umum. Untuk hal itu, pihaknya hingga kini masih menunggu arahan lebih lanjut dari pemerintah pusat.

“Belum ada vaksin yang disiapkan untuk booster selain untuk nakes,” kata Beniara saat dihubungi Haluan, Jumat (7/1).

Ia menjelaskan, vaksinasi dosis ketiga bagi nakes di Sumbar saat ini sudah menyasar 26.784 orang atau mencapai 82,69 persen. Vaksinasi sendiri menyasar lima kelompok prioritas, yakni nakes, petugas publik, lansia, masyarakat rentan, dan remaja.

Untuk nakes, dari target sasaran sebanyak 32.391 orang, untuk dosis pertama telah menyasar 43.254 orang (133,54 persen). Sedangkan dosis kedua menyasar 41.199 orang (127,19 persen).

Untuk target sasaran petugas publik sebanyak 400.274 orang, untuk dosis pertama telah menyasar 285.291 orang (71,27 persen). Sedangkan dosis kedua telah menyasar 246.615 orang (62,36 persen).

Untuk target sasaran lansia sebanyak 489.575 orang, dosis pertama telah menyasar 220.263 orang (44,99 persen). Sedangkan dosis kedua menyasar 116.559 orang (23,81 persen). Selanjutnya, untuk target sasaran masyarakat rentan sebanyak 2.896.546 orang, dosis pertama telah menyasar 1.929.013 (66,60 persen). Sedangkan dosis kedua menyasar 1.111.097 (38,36 persen).

Untuk target sasaran remaja sebanyak 589.723 orang, dosis pertama telah menyasar 533.788 orang (90,52 persen). Sedangkan dosis kedua menyasar 394.744 orang (66,94 persen).

Secara total, capaian vaksinasi per 4 Januari 2021, mencapai 68,41 persen dari target sasaran keseluruhan 4.408.509 orang. Untuk capaian vaksin dosis pertama 3.016.016 orang (68,41 persen). Sedangkan dosis kedua, berhasil menyasar 1.913.214 orang (43,40 persen).

Sementara itu, Sekretaris Dinkes Sumbar, drg. Busril menyebut, berbagai strategi terus disusun pihaknya untuk mengejar ketertinggalan.

“Upaya kami untuk mencapai vaksinasi tahun 2022, di antaranya membuat target capaian vaksinasi per minggu, per jorong, dan per nagari. Tetap berkolaborasi dengan lintas program/lintas sektor (LP/LS) terkait. Selain itu, juga melakukan monitoring dan evaluasi (monev) rutin minimal sekali seminggu terhadap capaian vaksinasi,” ucap Busril.

Siapkan Dua Skema

Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dr. Siti Nadia Tarmizi mengatakan, dua mekanisme pelaksanaan vaksinasi booster, yakni melalui program pemerintah dan secara mandiri.

“Untuk program pemerintah yang sudah disiapkan mekanismenya, pemberian vaksinasi kepada lansia dan nanti tentunya kepada para peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) BPJS Kesehatan di atas usia 18 tahun. Kita tahu, PBI selama ini menjadi tanggungan dari pemerintah, sehingga nanti ketika mereka mendapatkan vaksin booster juga akan disediakan pemerintah,” katanya dalam program Profit CNBC Indonesia, Selasa (4/1).

Untuk tahap awal, booster vaksin akan diberikan kepada kelompok masyarakat lansia dan masyarakat yang rentan terinfeksi Covid-19. Booster juga akan diberikan kepada golongan dewasa berusia 18 tahun ke atas. Sedangkan untuk mekanisme program mandiri, vaksinasi booster diberikan kepada masyarakat yang berusia di atas 18 tahun.

“Tentunya hal-hal teknis terkait pelaksanaan vaksinasi, bagaimana kemudian untuk screening, jenis vaksin yang akan digunakan, jangka waktu antara dosis I dan II, sedang kami siapkan. Termasuk juga persiapan layanan kesehatan,” kata Nadia.

Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin mengatakan, untuk program booster vaksin Covid-19, Indonesia membutuhkan 230 juta dosis vaksin. Indonesia sudah mengamankan pasokan vaksin sebanyak 113 juta dosis vaksin.

“Nah, yang menarik adalah Center for Disease Control (CDC) dan Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat mengeluarkan rekomendasi Moderna itu dosisnya setengah, karena ada isu kerasnya moderna atau efek KIPI (efek samping),” ujar Budi.

Budi menambahkan, jika dalam penelitian yang dilakukan Indonesia vaksin booster menggunakan Pfizer dan Moderna setengah dosis dan satu dosis tidak ada beda dari sisi efektivitasnya dan Indonesia menggunakan dosis setengah, maka kemungkinan besar kebutuhan booster bisa dipenuhi dari vaksin gratis.

“Tapi ini masih dalam diskusi hasilnya nanti keluar setelah tim dari profesor-profesor dari Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) menyampaikan hasil penelitian pada 10 Januari,” tuturnya. (h/yes)

Exit mobile version