Penyakit virus kuning telah menjadi ancaman serius bagi pertanian terong (Solanum melongena L.) di Sumatera Barat. Sebuah penelitian terbaru yang dilakukan oleh para peneliti dari Universitas Andalas mengungkapkan temuan penting terkait kejadian dan penyebab penyakit ini, yang berpotensi mengubah cara petani menangani hama dan penyakit pada tanaman mereka. Tim peneliti yang terdiri dari Lailatun Najmi, Jumsu Trisno, Yenny Liswarni dan Lili Syukriani.
Penelitian ini dilakukan di tiga kecamatan, yaitu Kuranji, Marunggi, dan Sitoga, dengan tujuan untuk mengukur tingkat kejadian dan keparahan penyakit virus kuning pada tanaman terong. Hasilnya menunjukkan bahwa penyakit ini memiliki tingkat kejadian yang sangat tinggi, berkisar antara 50-90%, dengan tingkat keparahan mencapai 18,27-53,08%. Angka ini menunjukkan betapa seriusnya dampak penyakit ini terhadap produksi terong di wilayah tersebut.
Selain mengukur tingkat serangan penyakit, penelitian ini juga mengidentifikasi serangga vektor yang berperan dalam penyebaran virus.
Beberapa spesies serangga yang ditemukan di lokasi penelitian antara lain Amrasca devastans, Bemisia tabaci, dan Aphis gossypii. Serangga-serangga ini dikenal sebagai pembawa berbagai virus tanaman yang dapat menyebabkan penurunan kualitas dan hasil panen.
Untuk memastikan penyebab utama penyakit ini, para peneliti menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) dengan tiga primer berbeda: CMV 1F/CMV 1R (650 bp), MJ1/MJ2 (320 bp), dan SPG1/SPG2 (912 bp).
Hasil uji PCR menunjukkan bahwa primer CMV dan MJ memberikan hasil negatif, yang berarti penyakit ini bukan disebabkan oleh virus Cucumber Mosaic Virus (CMV) maupun virus lain yang terkait. Namun, uji menggunakan primer SPG menunjukkan hasil positif (912 bp), yang mengonfirmasi keberadaan Geminivirus sebagai penyebab utama penyakit virus kuning pada tanaman terong di Sumatera Barat.
Analisis lebih lanjut terhadap sekuens nukleotida menunjukkan bahwa virus yang ditemukan dalam penelitian ini memiliki kemiripan sebesar 95,30% dengan Tomato Yellow Leaf Curl Khanchanaburi Virus (TYLCVKaV) dari Thailand. Sementara itu, karakterisasi sekuens nukleotida dari gulma di sekitar tanaman terong di Padang menunjukkan kemiripan 97,03% dengan Tomato Yellow Leaf Curl New Delhi Virus, yang sebelumnya ditemukan di India.
Temuan ini sangat penting bagi petani dan peneliti pertanian di Indonesia. Dengan mengetahui bahwa Geminivirus adalah penyebab utama penyakit ini, langkah-langkah pengendalian dapat difokuskan pada pengelolaan vektor serangga, penggunaan benih tahan virus, serta penerapan rotasi tanaman untuk mengurangi penyebaran virus.
Universitas Andalas berharap hasil penelitian ini dapat menjadi dasar bagi kebijakan pengendalian penyakit tanaman yang lebih efektif. Dengan pendekatan berbasis penelitian, diharapkan petani di Sumatera Barat dapat meningkatkan hasil panen mereka dan mengurangi kerugian akibat penyakit virus kuning pada tanaman terong.
Penyakit virus kuning pada tanaman terong merupakan tantangan besar bagi petani di Sumatera Barat. Dengan penelitian yang mendalam dan penggunaan teknologi deteksi molekuler seperti PCR, kini penyebab penyakit ini telah terungkap. Langkah selanjutnya adalah menerapkan strategi pengendalian yang tepat guna, sehingga petani dapat melindungi tanaman mereka dan meningkatkan produktivitas pertanian.
Dengan adanya penelitian ini, masa depan budidaya terong di Sumatera Barat menjadi lebih menjanjikan. Kini saatnya bagi para petani, peneliti, dan pemerintah bekerja sama dalam menghadapi ancaman virus ini demi ketahanan pangan dan kesejahteraan petani Indonesia.
Oleh: Lailatun Najmi Dosen di Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Andalas














