Sementara itu, Plt Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Solok Imran Syahrial menyampaikan, bahwa produksi bawang merah untuk Kabupaten Solok adalah peringkat 2 nasional dengan luas tanam 13.573,25 ha, produksi 214.306,24 ton dan provitas 16,40 ton/ha. Artinya, produksi bawang merah Kabupaten Solok 587,14 ton perhari.
“Sedangkan kebutuhan bawang merah Kabupaten Solok hanya 5,32 % sehingga ada surplus 94,68% yang didistribusikan ke daerah tetangga seperti Propinsi Sumatera Barat, Aceh, Sumatera Utara, Jambi, Palembang dan Kepulauan Riau,” terangnya.
Untuk potensi ekstensifikasi bawang merah seluas 7.186 Ha yang tersebar di Kecamatan Lembah Gumanti (4.306 ha), Danau Kembar (266 Ha), dan Lembang Jaya (836 Ha), artinya 7.186 ha dengan 3 MT jadi 21.558 ha/tahun. Sebaran Luas Tanam Bawang Merah 53,62 % Lembah Gumanti, 15,73% Danau Kembar, 11,18 % Lembang Jaya dan 19,47% 12 Kecamatan lainnya.
“Dalam proses tanam bagi petani saat kemarau juga sudah dilakukan sistem sprinkler untuk sebagian lahan. Selain itu, kami juga sudah membuatkan. Sumur bor yang dibutuhkan saat musim kemarau melanda,” tambahnya.
Dalam monitoring tersebut, Deputi Kepala BI Sumbar, Andy Setyo Biwado menjelaskan, bahwa kunjungan dilakukan untuk memastikan panen bawang merah di Kabupaten Solok berjalan lancar dan aman. Sehingga stok bawang merah di Sumbar aman dan tercukupi untuk kebutuhan masyarakat.
“Kelompok tani bawang merah tersebut memang sebelumnya adalah petani binaan BI Sumbar yang saat ini sudah bisa dilepas secara mandiri. Namun kami tetap melakukan monitoring secara berkala memastikan stok dan produksi tercukupi,” kata Andy.
Selain itu, Andy menyebutkan, dengan tercukupinya stok bawang merah di Kabupaten Solok, harapannya harga di pasar bisa kembali normal, dan inflasi bisa melandai dan turun, serta inflasi di Sumbar bisa dikendalikan,” ucapnya.
Dalam kunjungan tersebut, BI Sumbar juga memberikan bantuan berupa alat pengukur suhu tanah kepada kelompok tani. Alat ukur tersebut untuk mengetahui kondisi tanah agar segera mungkin mencarikan solusi jika terjadi kendala. (*)