KERINCI, HARIANHALUAN.ID — Langkah besar menuju pertanian berkelanjutan dan ekonomi hijau kembali lahir dari lereng Gunung Kerinci. Koperasi Produsen Petani Alam Korintji (ALKO) bersama mitra Jepang, Saka no Tochu Co., Ltd, mendapat dukungan pemerintah Jepang melalui Ministry of Economy, Trade and Industry (Japanese Government) – METI (kementrian Perdagangan Jepang) meluncurkan studi kelayakan dekarbonisasi rantai pasok kopi dan rempah di Kabupaten Kerinci, Jambi yang bertempat di Koperasi Alam Korintji, Senin (20/10).
Acara peluncuran resmi ini dihadiri langsung oleh Bupati Kerinci, Monadi ,S.Sos,.M.Si, yang memberikan dukungan penuh terhadap upaya menjadikan Kerinci sebagai sentra “Kopi Ramah Karbon” pertama di Indonesia.
Kegiatan ini sekaligus menandai pengiriman ekspor kulit manis (cinnamon) dari Kerinci ke Kobe, Jepang, menggunakan sistem traceability berbasis blockchain yang transparan dan berorientasi pada pengurangan emisi karbon.
Dalam sambutannya, Bupati Kerinci, Monadi, menyampaikan apresiasi atas kegiatan yang diinisiasi oleh Koperasi ALKO bersama mitra internasional. Beliau menegaskan pentingnya kegiatan ini bagi pengembangan ekonomi daerah dan keberlanjutan lingkungan.
“Kami menginginkan agar kegiatan ini dapat memberikan dukungan nyata bagi peningkatan nilai tambah kopi Kerinci yang sudah dikenal luas, serta mendorong studi-studi serupa agar terus berkembang,” ujar Bupati Kerinci.
“Kami juga mendorong kerja sama dengan universitas agar mampu menghasilkan benih asli Kerinci yang unggul dan sesuai karakter wilayah kita.”
Bupati menegaskan bahwa pemerintah daerah akan mendukung langkah-langkah yang dilakukan ALKO dalam membangun sistem pertanian berkelanjutan yang tidak hanya berorientasi ekspor, tetapi juga melindungi lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan petani.
Donor Jepang Dukung Label Kopi Kerinci Ramah Karbon
Perwakilan peneliti dari Saka no Tochu Co., Ltd, dan Ministry of Economy, Trade and Industry (Japanese Government) – METI selaku donor utama proyek ini, menyampaikan bahwa Jepang memiliki perhatian besar terhadap isu perubahan iklim dan ketelusuran produk pertanian dari negara produsen.
“Kami berharap studi ini dapat membantu meningkatkan nilai tambah bagi petani melalui penerapan teknologi hijau dan penilaian emisi karbon di setiap tahap produksi,” ujar Yukiko Isayama perwakilan Saka no Tochu.
“Kami mendukung agar Kerinci dapat mengembangkan label ‘Kopi Kerinci Ramah Karbon’, yang menjadi simbol bahwa setiap biji kopi dan rempah yang dihasilkan di sini diproduksi secara bertanggung jawab terhadap bumi.”
Inisiatif ini menjadi bagian dari program Green Transformation (GX) Model, yaitu proyek lintas negara untuk mengurangi emisi karbon dalam rantai pasok kopi di Papua Nugini, Thailand, dan Indonesia. ALKO ditunjuk sebagai mitra pelaksana utama di Indonesia karena rekam jejaknya dalam ekspor kopi dan rempah berkelanjutan.
Studi Kelayakan Dekarbonisasi
Tujuan utama studi kelayakan ini adalah untuk mendapatkan gambaran menyeluruh tentang peran sektor pertanian kopi dan rempah dalam pengurangan emisi karbon.
Melalui pendekatan ilmiah berbasis Life Cycle Assessment (LCA), proyek ini akan memetakan sumber-sumber emisi pada setiap tahapan rantai pasok – mulai dari budidaya, pengolahan, transportasi, hingga penjualan.
Harapannya, studi ini dapat menghasilkan rekomendasi konkret untuk petani agar produktivitas meningkat sekaligus menekan emisi.
Selain itu, hasil penelitian ini juga akan membantu merumuskan model pertanian karbon positif, di mana lahan pertanian tidak hanya menghasilkan komoditas ekonomi tetapi juga menyerap karbon dari atmosfer.
Dalam kegiatan ekspor kulit manis ke Jepang, Koperasi ALKO telah menerapkan sistem traceability digital berbasis blockchain melalui aplikasi QThink-X.
Setiap batch kulit manis yang dikirim kini dilengkapi dengan kode QR unik berisi informasi detail tentang petani, lokasi kebun, waktu panen, proses pengeringan, serta estimasi emisi karbon yang dihasilkan.
Teknologi ini memungkinkan pembeli di luar negeri menelusuri jejak produk secara transparan dan memastikan bahwa kulit manis Kerinci diproduksi dari lahan bebas deforestasi serta menggunakan praktik ramah lingkungan.
Selain itu, data digital yang tercatat di blockchain menjadi dasar untuk menghitung jejak karbon (carbon footprint) secara akurat.
ALKO dan para petani anggota telah lama menerapkan sistem agroforestri alami, yaitu pola tanam campuran antara kayu manis, kopi, dan tanaman keras lain di bawah naungan pohon hutan.
Sistem ini tidak hanya menjaga ekosistem tanah, tetapi juga meningkatkan penyerapan karbon di tanah (soil carbon sequestration).
Setiap pohon kayu manis dewasa di perkebunan Kerinci dapat menyerap karbon per tahunnya, menjadikan praktik ini sebagai solusi nyata mitigasi iklim.
Selain itu, ALKO tengah menguji penerapan biochar, yaitu arang hayati hasil pembakaran limbah organik pada suhu rendah yang mampu menyimpan karbon dalam tanah selama puluhan tahun.
Kedua pendekatan ini berkontribusi langsung pada pengurangan emisi gas rumah kaca (GHG) di sektor pertanian.
Langkah dekarbonisasi ini juga memperkuat posisi Kerinci di pasar global yang semakin ketat terhadap regulasi keberlanjutan.
Kegiatan produksi ALKO telah diverifikasi melalui Dimitra.io Due Diligence Report dan dinyatakan bebas deforestasi (Zero or Negligible Deforestation Risk) pada area seluas 10,17 hektare di Kabupaten Kerinci.
Kepatuhan terhadap European Union Deforestation Regulation (EUDR) menjadi bukti bahwa Kerinci siap bersaing di pasar dunia dengan standar keberlanjutan yang tinggi.
Jadwal Implementasi Proyek GX
Proyek GX Model dijalankan dengan tahapan terukur selama satu tahun:
September 2025: Persiapan survei lapangan dan koordinasi dengan lembaga pemerintah serta koperasi mitra.
Oktober–November 2025: Pelaksanaan survei lapangan di Indonesia, Papua Nugini, dan Thailand.
Desember 2025: Analisis rantai pasok dan penghitungan awal emisi karbon (LCA).
Januari–Februari 2026: Penyusunan model GX dan desain teknis proyek percontohan.
Maret–Mei 2026: Pelaksanaan uji coba teknologi hijau, seperti biochar, agroforestri, dan green logistics.
Juni–Agustus 2026: Pemantauan, penghitungan pengurangan emisi, serta penyusunan laporan hasil proyek dan rencana kelanjutan.
Melalui jadwal ini, proyek diharapkan melahirkan model rantai pasok kopi dan rempah rendah karbon yang dapat direplikasi di seluruh wilayah Asia Tenggara.
Implementasi sistem dekarbonisasi tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga langsung meningkatkan kesejahteraan petani.
Dengan adanya sistem traceability dan transparansi, harga kulit manis dan kopi Kerinci meningkat 15 hingga 20 persen, karena pasar internasional memberikan nilai tambah bagi produk berlabel ramah karbon.
Petani juga mendapat manfaat dari pelatihan yang diselenggarakan oleh ALKO Academy, yang mencakup pencatatan digital hasil panen, perhitungan emisi, penggunaan pupuk organik, dan teknik konservasi tanah.
Selain itu, petani kini mulai memahami bahwa setiap praktik ramah lingkungan berpotensi menghasilkan insentif karbon (carbon credit) yang dapat dikonversi menjadi nilai ekonomi tambahan.
Koperasi ALKO menegaskan komitmennya untuk menjadikan Kerinci sebagai model pertanian karbon positif pertama di Indonesia — di mana setiap ton hasil bumi yang dihasilkan mampu menyerap lebih banyak karbon daripada yang dilepaskan.
Prinsip ini sejalan dengan semangat koperasi: Preserves Nature and Empowers People — menjaga alam sambil memberdayakan manusia.
“Transformasi hijau bukan hanya soal teknologi,” ungkap perwakilan ALKO.
“Ini adalah perubahan budaya dan cara berpikir. Petani kita tidak sekadar menanam untuk hidup, tetapi juga untuk melindungi bumi.”
Menuju Label Kopi Kerinci Ramah Karbon
Melalui kerja sama dengan mitra Jepang dan dukungan pemerintah daerah, ALKO sedang menyiapkan peluncuran label “Kopi Kerinci Ramah Karbon” sebagai identitas baru kopi dari dataran tinggi Sumatra.
Label ini akan menjamin bahwa setiap produk kopi Kerinci diproduksi melalui proses rendah emisi, bebas deforestasi, dan sesuai dengan prinsip perdagangan adil (fair trade).
Label tersebut juga diharapkan menjadi nilai tambah ekonomi bagi petani sekaligus membuka akses pasar premium di Jepang dan Eropa yang kini memprioritaskan produk hijau.
Dari Kerinci untuk Dunia
Dari dataran tinggi di kaki Gunung Kerinci, aroma kulit manis dan kopi kini membawa pesan baru bagi dunia: Indonesia siap memimpin transformasi hijau di sektor pertanian.
Koperasi ALKO bersama pemerintah daerah, universitas, dan mitra internasional menunjukkan bahwa dekarbonisasi bukan sekadar konsep, tetapi bisa diterapkan secara nyata oleh petani kecil.
Melalui sinergi ini, Kerinci menegaskan dirinya sebagai “Land of Spices and Sustainability” — tanah rempah yang menjaga keseimbangan antara manusia, alam, dan masa depan.
Tentang Koperasi ALKO
Koperasi Produsen Petani Alam Korintji (ALKO) adalah koperasi petani berbasis di Kabupaten Kerinci, Jambi, Indonesia, yang berfokus pada pengembangan kopi dan rempah berkelanjutan.
ALKO aktif mengekspor kopi specialty dan kulit manis ke berbagai negara dengan menerapkan prinsip ESG (Environmental, Social, and Governance) serta sistem blockchain traceability. (*)