“Peluang investasi di Sumbar sangat besar, tapi perlu dikemas secara menarik dan difasilitasi dengan cepat. Kita ingin investasi bukan hanya datang, tapi juga bertahan dan berkembang,” tuturnya.
Belum Produktif
Kendati menunjukkan pertumbuhan positif, nyatanya realisasi investasi di Sumbar belum lagi produktif. Hal ini terlihat dari capaian rata-rata Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Sumatera Barat (Sumbar) dalam tiga tahun terakhir yang tercatat sebesar 6,7 persen. Angka ini mengindikasikan bahwa investasi di Sumbar belum cukup produktif menghasilkan output ekonomi yang diharapkan.
Kepala DPMPTSP Sumbar, Luhur Budianda menegaskan bahwa tingginya nilai ICOR ini menjadi alarm bagi pemerintah daerah (pemda) untuk mengevaluasi secara menyeluruh arah dan kualitas investasi yang masuk ke Sumbar selama ini.
“Semakin tinggi nilai ICOR, artinya investasi kita belum efisien. Ini menunjukkan bahwa setiap tambahan modal yang ditanam belum sepadan dengan output ekonomi yang dihasilkan. Sekarang kami sedang berupaya mengurai berbagai persoalan yang membuat investasi belum memberi kontribusi maksimal,” ujar pria yang akrab disapa Budi itu kepada Haluan, Selasa (21/10) lalu.
Budi menilai, sejumlah faktor menjadi penyebab belum efisiennya investasi di Sumbar. Salah satunya adalah keterbatasan infrastruktur pendukung, seperti kondisi jalan yang belum merata, akses ke pelabuhan yang jauh, hingga tingginya ongkos logistik yang menurunkan minat investor.
“Saat ini infrastruktur yang ada belum sepenuhnya mendukung investasi yang baik. Jalan kita banyak yang belum layak, pelabuhan jauh dari pusat produksi, sehingga biaya transportasi tinggi,” katanya.














