PADANG, HARIANHALUAN.ID — Rencana Pemerintah Kota Padang untuk memasang Smart CCTV di berbagai titik strategis, termasuk kawasan wisata, mendapat tanggapan positif dari kalangan akademisi. Langkah ini dinilai sebagai upaya konkrit mewujudkan Smart City yang tidak hanya berorientasi pada kemajuan teknologi, tetapi juga peningkatan rasa aman dan nyaman bagi masyarakat maupun wisatawan.
Pengamat Pariwisata Politeknik Negeri Padang (PNP), Rafidola Mareta Riesa, menilai kebijakan pemasangan Smart CCTV merupakan langkah maju yang dapat memperkuat citra Kota Padang sebagai destinasi wisata yang tertib dan aman.
Menurutnya, kehadiran sistem pengawasan cerdas tersebut dapat menjadi simbol bahwa Padang sedang bergerak menuju tata kelola kota yang modern dan berorientasi pelayanan publik.
“Kalau dilihat dari tren di beberapa kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta, Smart CCTV sejauh ini memang digunakan untuk pemantauan real-time demi keamanan dan manajemen lalu lintas. Misalnya di Bandung, pengendara motor yang tidak menggunakan helm bisa langsung ditegur melalui pengeras suara di sekitar kamera. Ini bentuk pengawasan yang cerdas dan efektif ,” ujar Rafidola kepada Haluan (31/10).
Rafidola juga mencontohkan penerapan serupa di Yogyakarta. Beberapa kamera pengawas di sepanjang Jalan Malioboro bahkan dapat diakses publik melalui laman cctv.jogjakota.go.id dan kanal YouTube resmi Pemkot Yogyakarta.
“Banyak wisatawan yang sengaja berdiri di depan CCTV untuk terekam dan kemudian mengunduh hasilnya sebagai konten media sosial. Jadi, fungsi CCTV di sana tidak hanya untuk keamanan, tapi juga bisa menarik perhatian publik terhadap destinasi wisata itu sendiri,” ujarnya.
Pemasangan Smart CCTV, sambungnya bisa memberi efek positif terhadap citra pariwisata, meski tidak terlalu signifikan dalam jangka pendek. Namun, setidaknya masyarakat luar dapat melihat suasana objek wisata Kota Padang secara langsung, yang secara tidak langsung bisa memotivasi mereka untuk berkunjung.
“Dengan adanya tayangan real-time dari titik-titik wisata, orang bisa melihat bahwa Kota Padang adalah kota yang hidup, aman, dan menarik. Ini bisa menumbuhkan rasa ingin datang langsung ke sini,” ujarnya.
Kendati demikian, Rafidola menuturkan bahwa penggunaan Smart CCTV di ruang publik kerap menimbulkan perdebatan antara keamanan dan privasi. Namun, ia menilai bahwa kekhawatiran tersebut tidak perlu dibesar-besarkan, terutama bila penggunaannya berada di ruang publik seperti kawasan wisata.
“Selama dipasang di area publik, saya rasa tidak ada masalah. Justru, CCTV akan membantu mendeteksi kejadian-kejadian yang tidak pantas atau mencurigakan sehingga bisa segera ditindak,” ujarnya.
Ia mencontohkan praktik di Singapura, negara yang dikenal memiliki ribuan CCTV di seluruh penjuru kota. Dengan teknologi sensor termal, sistem pengawasan di sana dapat mendeteksi pelanggaran ringan seperti merokok sembarangan atau meludah di tempat umum. Pelaku pun langsung mendapatkan denda.
“Apakah kita siap sampai di tahap itu? Tentu akan ada pro dan kontra di masyarakat. Tapi jika disosialisasikan dengan baik dan disertai edukasi, saya yakin kita bisa bergerak perlahan ke arah sana,” ujarnya.
Selanjutnya, Rafidola menilai data yang dihasilkan dari Smart CCTV tidak hanya bermanfaat untuk pengawasan, tetapi juga bisa menjadi sumber informasi penting dalam pengembangan sektor pariwisata.
“Dari tangkapan citra CCTV, kita bisa mengetahui pola kunjungan wisatawan, waktu paling ramai, dan titik yang sering dikunjungi. Data ini bisa membantu dinas pariwisata dalam crowd management dan perencanaan event,” ujarnya lagi.
Namun, ia menegaskan bahwa untuk kepentingan promosi, fungsi CCTV tetap bersifat pelengkap. Peran utama promosi, katanya, tetap berada di tangan Badan Promosi Pariwisata Kota Padang yang memiliki mandat khusus dalam strategi pemasaran daerah.
Rafidola juga mengingatkan bahwa keberhasilan penerapan Smart CCTV tidak hanya bergantung pada teknologi, tetapi juga kesiapan sumber daya manusia (SDM) dan regulasi yang mengatur penggunaannya.
“Operator yang menjalankan sistem ini harus memiliki integritas tinggi dan dilatih secara profesional. Jangan sampai data rekaman disalahgunakan atau merugikan wisatawan,” tuturnya.
Menurutnya, pelatihan teknis dan etika penggunaan data harus menjadi bagian penting dari implementasi program ini. Pemerintah juga perlu menyusun regulasi yang jelas terkait penyimpanan, pengelolaan, dan distribusi data rekaman.
“Kalau SDM-nya siap dan regulasinya kuat, saya yakin Smart CCTV bukan hanya alat pengawas, tapi juga instrumen penting menuju pariwisata yang berkelas, aman, dan berkelanjutan,” tutur Rafidola. (*)














