“Akibatnya, pertumbuhan awan di Sumbar beberapa hari terakhir sangat minim, bahkan nyaris tidak ada. Itu sebabnya suhu terasa panas. Suhu maksimum absolut yang kami catat dalam lima hari terakhir mencapai 32 derajat Celsius,” ujarnya.
Namun, ia menegaskan bahwa kondisi panas ini bersifat sementara dan fluktuatif. Setelah sistem tekanan rendah tersebut melemah, aktivitas hujan akan kembali meningkat secara signifikan di seluruh wilayah Sumbar.
Waspadai Potensi Banjir dan Longsor
BMKG memperkirakan puncak musim hujan akan berlangsung hingga Februari 2026 mendatang dengan potensi peningkatan curah hujan di sejumlah wilayah seperti Padang, Padang Pariaman, Solok, Agam, Pesisir Selatan, dan Tanah Datar.
Daerah-daerah dengan topografi bergunung dan berbukit diminta waspada terhadap ancaman longsor dan galodo terutama di sekitar Gunung Marapi dan Gunung Singgalang.
“Kita perlu mewaspadai bencana hidrometeorologi basah seperti banjir dan longsor, serta potensi galodo di kawasan lereng gunung. Cuaca ekstrem akan makin sering terjadi seiring puncak musim hujan,” kata Desindra.
Ia menilai, sinergi lintas sektor antara BMKG, BPBD, TNI-Polri, dan pemerintah daerah sangat penting untuk menghadapi kondisi ini. Kegiatan apel siaga yang dipimpin Kapolda Sumbar dianggap sebagai langkah strategis dalam memperkuat koordinasi dan kesiapan seluruh unsur menghadapi bencana yang bisa terjadi sewaktu-waktu.
“Apel siaga bencana ini adalah Ini adalah momentum tepat untuk membangun kesiapsiagaan kolektif menghadapi potensi bencana yang dipicu faktor cuaca ekstrem,” ujarnya.














