Mereka tersebar di delapan titik masjid baik di dalam maupun di luar masjid. Di antaranya di lokasi tawaf, lokasi sai, pintu Babussalam, sekitar Tower Zamzam, serta tiga terminal bus yang ada di seputaran Masjidil Haram.
Selain memberi rasa aman bagi jemaah, personel yang dikenal dengan sebutan Linjam (pelindungan jemaah) ini juga membantu jemaah yang tersesat, membantu memenuhi kebutuhan jemaah termasuk juga membantu jemaah agar tidak menggunakan jasa kereta dorong ilegal hingga membantu jemaah yang kehilangan sandal.
“Termasuk kereta dorong kita juga arahkan dan sosialisasikan untuk kereta dorong yang resmi. Kami juga punya banyak sandal untuk membantu jemaah yang kehilangan sandal,” ujarnya.
Hasil evaluasi sementara, masalah jemaah yang paling banyak terjadi di Masjidil Haram adalah lupa atau tidak tahu jalan pulang ke hotel. Tahun ini, jemaah yang seperti itu mudah diarahkan karena rata-rata masih berusia muda di bawah 65 tahun dengan tingkat pengetahuan yang mencukupi.
“Hampir tidak ada risti (pelindungan), seperti tahun 2019 yang luar biasa. Tiap hari 2019, hampir ada 200 jemaah tersesat, sekarang paling banyak 20. Ini sama teman-teman langsung diatasi. Kalau ada jemaah yang tersesat. Linjam wajib membantu sampai titik bus pengantaran,” ujarnya.
Sedangkan untuk kasus di dalam Masjidil Haram hampir tidak ada. Ada beberapa kasus kecil misalnya karena ketidaktahuan, jemaah menggunakan jasa kereta dorong ilegal.