“Sejak 2018, BPS menggunakan metode KSA untuk penghitungan luas panen padi. Luas panen padi dihitung berdasarkan pengamatan yang objektif (objective measurement) menggunakan metodologi KSA yang dikembangkan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan BPS,” katanya.
Metodologi KSA, ucapnya melanjutkan, telah mendapat pengakuan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Sampai saat ini, metodologi KSA menggunakan 31.313 sampel segmen lahan berbentuk bujur sangkar berukuran 300 m × 300 m (9 hektare) dengan lokasi yang tetap. Setiap bulan, masing-masing sampel segmen diamati secara visual di sembilan titik dengan menggunakan ponsel berbasis android, sehingga dapat diamati kondisi pertanaman di sampel segmen tersebut.
“Di antaranya, persiapan lahan, fase vegetatif awal, fase vegetatif akhir, fase generatif, fase panen, potensi gagal panen, lahan pertanian ditanami selain padi, dan bukan lahan pertanian,” ujarnya.
Hasil amatan kemudian difoto dan dikirimkan ke server pusat untuk diolah. Pengamatan yang dilakukan setiap bulan memungkinkan perkiraan potensi produksi padi dan beras untuk tiga bulan ke depan dapat disediakan, sehingga dapat digunakan sebagai basis perencanaan tata kelola beras yang lebih baik. “Saat ini, total titik amatan Survei KSA dalam satu bulan mencapai 281.817 titik amatan,” ucap Sugeng. (*)














