PADANG, HARIANHALUAN.ID — Sosiolog Universitas Negeri Padang (UNP), Dr. Erianjoni menilai peningkatan kasus HIV/AIDS di Padang disebabkan oleh rendahnya pendidikan dan pengetahuan masyarakat tentang penyakit ini, serta lemahnya kepedulian sosial terhadap bahaya HIV/AIDS.
“Faktor gaya hidup berisiko seperti seks bebas dan penggunaan narkoba suntik masih menjadi penyumbang terbesar. Ditambah lagi minimnya akses informasi dan layanan kesehatan yang belum sepenuhnya menjangkau kelompok rentan,” kata Erianjoni.
Ia menegaskan, untuk menekan laju penyebaran HIV/AIDS, Pemerintah Kota (Pemko) Padang harus melakukan sinergitas lintas sektor, mulai dari dinas kesehatan, dinas sosial, hingga komunitas masyarakat. “Sinergitas ini penting agar populasi kunci bisa lebih mudah mengakses layanan kesehatan, baik bagi yang sudah terpapar maupun yang belum,” katanya.
Lebih lanjut, Erianjoni juga menyoroti perilaku LGBT, terutama hubungan sesama jenis antar pria, sebagai salah satu pemicu utama penyebaran HIV/AIDS di Kota Padang. Ia mengingatkan bahwa fenomena tersebut kini bahkan mulai menyasar kalangan pelajar.
“Tidak bisa dipungkiri, perilaku LGBT menjadi pemicu HIV/AIDS. Ini sangat mengkhawatirkan, apalagi sudah masuk ke lingkungan remaja dan pelajar. Oleh karena itu, peran serta niniak mamak, cadiak pandai, dan ulama sangat dibutuhkan untuk mencegah perilaku menyimpang yang berpotensi memicu penyebaran HIV/AIDS,” tuturnya.
Untuk itu, Erianjoni meminta peran serta Dubalang Kota yang bertugas untuk menjaga kenyamanan lingkungan berbasis adat nagari, agar melakukan kontrol agar tidak ada perilaku LGBT yang kian hari kian parah di Kota Padang.
“Pemko Padang harus mengefektifkan kinerja Dubalang Kota Padang dalam menjaga keamanan berbasis nagari. Selain itu, para pekerja dunia malam harus mawas diri, karena mereka rentan terdampak dari HIV/AIDS,” ujarnya. (*)














