Pun halnya dengan persoalan jalan akses menuju dermaga, yang hingga kini baru separuhnya yang telah diaspal dan memadai. Dari total panjang jalan 43 kilometer, baru sekitar 23 kilometer yang selesai.
Biarpun demikian, dalam rencana ekspor biji ke Cina tersebut, Heri meyakinkan bahwa pihak perusahaan tidak terlalu membutuhkan fasilitas yang lengkap untuk melakukan aktivitas ekspor.
“Kalau untuk perusahaan tambang, mereka tidak butuh banyak fasilitas. Mereka juga tidak perlu gedung. Yang jadi persoalannya sekarang adalah bagaimana pemuatan ke kapal. Makanya butuh semacam crane. Itu yang tengah diupayakan sekarang. Mudah-mudahan September nanti, benar-benar sudah bisa beroperasi,” tuturnya.
Terpisah, Kasi Lalu Lintas dan Usaha Kepelabuhan, Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Teluk Bayur, Joni Akhiar menyebutkan, pengapalan perdana itu nantinya akan membawa pengiriman bijih besi ekspor dengan kapasitas 50.000 ton, dengan frekuensi ekspor satu kali dalam sebulan. Kapal yang akan digunakan adalah kapal MV. Pas Ocean, dengan kapasitas 55.000 gross ton.
Namun mengingat masih belum optimalnya kondisi Pelabuhan Teluk Tapang itu, khusus Kapal MV. Pas Ocean tidak bisa langsung bersandar ke dermaga. Caranya, kapal tersebut harus parkir sekitar dua kilometer di tengah laut.
“Perusahaannya adalah PT Gamindra Mitra Kesuma. Perusahaan tambang ini memiliki ekspor langsung ke Cina setelah memiliki kerja sama smelter di dalam negeri,” ujarnya.