Psikolog Kilinis Anak Soroti Perundungan Pada Anak yang Kian Meningkat

ilustrasi kekerasan terhadap anak

ilustrasi kekerasan terhadap anak

HARIANHALUAN.ID – Psikolog Klinis Anak,  Nila Anggrainy turut menyoroti perundungan pada anak yang kian meningkat saat ini. Dosen Prodi Psikologi Fakultas Kedokteran Unand ini menyebut, perundungan yang dialami anak tidak hanya secara fisik tapi juga perundungan secara verbal maupun sosial.

“Fenomena yang kita lihat sekarang memang kasus perundungan semakin lama semakin meningkat. Perundungan verbal secara tidak sadar mungkin sudah menjadi hal yang sering kita lihat juga. Seperti menghina, memanggil dengan sebutan yang tidak disenangi, menakut-nakuti,” ucap Nila, Senin (25/7/2022).

Ia menyebut, ada beberapa faktor yang menyebabkan munculnya perilaku perundungan. Pertama, terpapar kekerasan baik di rumah dan lingkungan anak maupun paparan media, seperti game, tayangan film dan lain-lain. Kedua, kurang dilatih untuk memiliki rasa empati dengan orang lain.

Ketiga, adanya kebutuhan untuk diperhatikan, keempat lingkungn keluarga yang buruk seperti kurangnya model, menerapkan disiplin dengan kekerasan. Dan kelima, lingkungan sekolah. Seperti ketidakkonsistenan dalam metode disiplin, supervisi yang tidak adekuat, standar perilaku yang tidak jelas dan anak tidak diperlakukan sebagi individu yang bernilai.

Nila menyebut, perundungan tentu akan mengakibatkan dampak buruk pada korban maupun pelaku.

“Pada korban bisa saja secara fisik, seperti memar, luka, muncul perasaan dikucilkan/diisolasi, distress, menyakiti diri sendiri bahkan untuk jangka panjang muncul trauma, sehingga mengalami gangguan tidur, emosi yang tidak terkontrol, tidak mampu berkonsentrasi,” ucapnya lagi.

Ditambahkannya, perundungan juga memiliki dampak terhadap pelaku. Di antaranya bisa memicu munculnya perilaku antisosial, seperti vandalisme, bolos, tawuran dan kenakalan remaja nantinya. Untuk jangka panjang bisa menjadi perilaku kriminal bila anak tidak diberikan intervensi.

Psikolog yang juga menjadi salah seorang pendiri Biro Limpapeh Psikologi ini menambahkan, untuk mengatasi perundungan tidak hanya menyasar korban, pelaku dan saksi saja, namun juga lingkungan anak mulai dari lingkungan terdekat anak yaitu keluarga hingga komunitas-komunitas yang terlibat.

“Adapun yang bisa dilakukan orang tua, seperti memberikan kasih sayang tanpa syarat kepada anak, komunikasi yang positif dengan anak, mengajarkan dan menerapkan konsep aturan yang jelas, serta konsisten, mengajarkan empati pada anak, menghindari anak dari paparan kekerasan dan menerima perasaan anak,” ujarnya.

Di sisi lain Nila mengatakan, sangat disayangkan perundungan masih terjadi di lingkungan sekolah. Ia menyebut, beberapa langkah bisa dilakukan untuk menekan perundungan di sekolah.

“Sekolah perlu membuat program anti bullying, dan ini sudah banyak dilakukan di berbagai sekolah. Kemudian membuat edukasi anti bully, meningkatkan fungsi konselor sekolah, mendeteksi dan mengawasi kasus bully mulai dari tempat dan waktu yang memungkinkan terjadinya tindakan bullying,” ucapnya menutup. (*)

Exit mobile version