HARIANHALUAN.ID – Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumbar, Lila Yanwar mengatakan data terkahir prevalensi stunting di Sumbar pada 2021 adalah 23.3 persen.
Meskipun sudah di bawah prevelensi nasional di angka 24 persen, namun Sumbar harus terus melakukan percepatan untuk mengejar target penurunan stunting pada 2024 diangka 14 persen. Di kab/kota, prevalensi stunting antara Kabupaten Solok dan Kota Solok justru berbading terbalik.
“Prevalensi di Sumbar 23,3 persen. Sedangkan prevalensi tertinggi adalah Kabupaten Solok 40.1 persen dan terendah adalah Kota Solok 18.5 persen,” ujarnya singkat.
Lila mengatakan, penurunan stunting sekarang dilimpahkan menjadi bagian kerja BKKBN.
Terpisah, Kepala perwakilan BKKBN Provinsi Sumbar, Fatmawati membenarkan data tersebut. “Yang tertinggi saat ini di Kabupaten Solok,” ujar Fatmawati.
Data yang dihimpun BKKBN berdasarkan SSGI, ada sembilan kabupaten/kota dengan prevalensi stunting yang tinggi dari angka provinsi. Antara lain Kabupaten Solok 40,1 persen, Kabupaten Pasaman 30,2 persen, Kabupaten Sijunjung 30,1 persen, Kabupaten Padang Pariaman 28,3 persen, Kabupaten Lima Puluh Kota 28,2 persen, Kabupaten Kepulauan Mentawai 27,3 persen, Kabupaten Pesisir Selatan 25,2 persen, Kabupaten Solok Selatan 24,5 persen dan Kabupaten Pasaman Barat 24,0 persen.
Dikatakannya, dari hasil SSGI tersebut harus dilakukan upaya yang masif untuk melakukan percepatan penurunan stunting melalui intervensi secara spesifik dan sensitif. Hal itu agar prevalensi stunting di kab/kota khususnya, Sumatra Barat umumnya mengalami penurunan.