Beragam intervensi khusus maupun spesifik terus diupayakan BKKBN sebagai langkah percepatan penanganan stunting. Di antaranya membentuk Tim Pendamping Keluarga (TPK) terdiri dari bidan, kader PKK dan kader KB yang tersebar di setiap keluarahan/nagari/desa.
Tiap TPK diberikan tugas melakukan pendampingan terhadap calon pengantin, pasangan usia subur yang hamil, pasangan usia subur pasca melahirkan sampai dengan memiliki anak baduta dan balita.
Di tingkat provinsi, kabupaten/kota hingga kecamatan juga ada Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) sebagai tim yang akan melakukan intervensi secara konvergen. BKKBN juga memiliki pendataan keluarga yang menyediakan data mikro keluarga, yakni by name by address untuk mendata keluarga berpotensi stunting.
Selain itu, juga ada program ungulan dari BKKBN yaitu Generasi Berencana (Genre) yang menyasar remaja. Sebab, pencegahan stunting harus dimulai dari hulu ke hilir. BKKBN menyasar remaja agar nantinya siap menjadi orang tua.
“Remaja yang sehat, mengerti dengan gizi dan pola hidup sehat setidaknya akan mengurangi risiko melahirkan anak stunting nantinya dan akan menjadi orang tua yang berkualitas,” tuturnya.
Terbaru juga ada program Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS), dimana BKKBN mengajak perseorangan/perusahaan memberikan donasi sebesar Rp500.000 per orang perbulan selama enam bulan. Nantinya bantuan akan diberikan berupa bahan makanan, agar keluarga berisiko stunting bisa mendapatkan makanan bergizi dan lauk yang bervariasi. (*)