Hadi Wardoyo: Pondasi KJRB Dinilai Tepat untuk Digunakan di daerah Rawan Gempa

Gedung Sekda Kabupaten Solok

Bangunan Gedung Sekretaris Daerah Kabupaten Solok yang menggunakan pondasi KJRB. Gedung ini tetap aman saat gempa 8,7 SR mengguncang Sumbar Tahun 2009. Ist

HARIANHALUAN.ID – Pondasi Konstruksi Jaring Rusuk Beton (KJRB) yang merupakan penyempurnaan dari pondasi Konstruksi Sarang Laba-Laba (KSLL), dinilai sangat tepat untuk digunakan di daerah rawan gempa seperti di Sumbar.

Hal itu disampaikan Direktur  PT. Cipta Anugerah Indotama (PT. CAI), Hadi Wardoyo saat diskusi dengan Haluan, Kamis (22/9/2022) di Padang.

“KJRB adalah sistem pondasi dangkal, yang merupakan penyempurnaan dari sistem pondasi Konstruksi Sarang Laba-Laba (KSLL),” ucapnya.

Hadi yang membawahi perusahaan di bidang design, build & construction ini menyebut, konstruksi ini dinilai paling tepat untuk konstruksi bangunan bawah (Sub Structure). Ditemukan Tahun 1976 di Surabaya oleh Ir Ryantori dan Ir Sutjipto.

Di desain untuk gedung bertingkat tanggung (2 hingga 8 lantai), bangunan pabrik dan gudang, container yard, konstruksi jalan raya, runway, apron dan taxiway. “KJRB adalah pilihan terbaik bagi konstruksi bangunan bawah dan infrastruktur,” tuturnya.

Ia menjelaskan, pada saat gempa berkekuatan besar, permukaan bumi akan bergolak seperti laut yang sedang terkena badai. Gedung yang mempergunakan KJRB akan berperilaku seperti kapal di tengah badai.

“Hal ini membuktikan bahwa pondasi ini telah teruji gempa besar dan tsunami 9,3 SR di Aceh pada 26 Desember 2004 dan gempa 8,7 SR di Padang Tahun 2009,” kata dia lagi.

KJRB memanfaatkan sifat air. Saat air menguap, uap airnya akan ke atas. Di dalam KJRB, uap air tidak bisa keluar karena di atas terdapat plat beton solid dengan rusuk-rusuk yang mengakibatkan kelembaban tanah pengisi di dalam KJRB terjaga stabil. Tanah bersifat ekspansif dan tidak bisa kembang susut, kemudian menjadi tanah biasa.

KJRB adalah kokoh, efisien dan ekonomis, mampu menggantikan 25 item pekerjaan dari konstruksi bangunan bawah (sub structure). Mampu mengubah semua gaya menjadi tekanan pembesian sangat hemat hanya sekitar 120-150 kg/m3 beton dan bisa menghemat biaya total seluruh bangunan bawah 10 persen-25 persen dibanding pondasi lain.

KJRB Juga ramah lingkungan karena tidak menimbulkan kebisingan, getaran, keretakan terhadap bangunan tetangga dan lumpur.

Pelaksanaan KJRB dengan menerapkan sistem ban berjalan. Dimulai dengan pekerjaan galian, bekisting dan pembesian, pemasangan pasak, Rib KJRB, tanah dipadatkan lapis per lapis lalu plat KJRB siap untuk dicor.

Hadi menyebutkan, beberapa bangunan di Sumbar yang sudah menggunakan KJRB terbukti tidak rusak akibat gempa Tahun 2009.

“Di antaranya Gedung Sekretaris Daerah Solok, Tugu Ayam di Aro Suka, beberapa gedung kuliah Universitas Negeri Padang (UNP) dan sekarang sedang tahap penyelesaian di GOR Kota Solok,” ucapnya.

Tidak hanya di Sumbar, pondasi KJRB ini juga telah banyak digunakan di provinsi lain, seperti di Gedung Polda Riau, Gedung Makorem Pekanbaru, Gedung Samsat Mataram IGD RSUD Sidoarjo, Gedung Imigrasi Kemenkumham Bima-NTB dan Gedung Parkir Universitas Muhamadyah Makasar.

Dibandingkan sistem pondasi lain, pondasi KJRB memiliki lebih banyak keunggulan yang kemudian dirangkum menjadi 10S.

“Keunggulannya dirangkum dalam 10S, yakni solid (utuh), strong (kuat), stable (Stabil), safe (selamat), save (hemat/ekonomis), simple (sederhana), speed (cepat), sustainable (berkesinambungan), smart (cerdas) dan secure (keamanan K3 bagi pekerja),” ucapnya.

Ia menambahkan, pemilihan konstruksi bangunan yang tepat akan menentukan seberapa tahan bangunan itu kedepannya dan seberapa ekonomis anggaran yang dibutuhkan dalam pengerjaan dan pemeliharaannya. (*)

Exit mobile version