Hal yang sama juga dialami Forwana Sri Adianto dari Sawahlunto, yang masih membutuhkan website desa. Kemudian, Perwakilan Forwana Kabupaten Solok, Zofrawandi menyampaikan bahwa seorang wali nagari dituntun melahirkan inovasi. Namun tanpa dieskpos ke media, inovasi itu juga tidak akan terendus dan diketahui masyarakat.
“Banyak hal yang tidak terekspos dari nagari kami. Bahkan sejak 2007 kami duduk di bangku wali nagari, kami telah melahirkan 21 prestasi. Salah satu di antaranya, Kalpataru di Tahun 2020, namun tidak ada media yang memuat,” katanya.
Inovasi lain juga disampaikan oleh Wali Nagari Pilubang dari Kabupaten Lima Puluh Kota, Endi Refli yaitu perkembangan ekonomi yang cukup pesat. Nagari hasil pemekaran sejak 2003 itu, sudah mempunyai koperasi dengan perputaran dana hingga Rp3 miliar.
“Sejak pemekaran 2003, satu tahun kemudian roda pemerintahan, nagari kami diletakkan sebagai nagari prioritas. Kuncinya di pemberdayaan, kami pernah menerapkan pilubang menanam, yaitu tidak ada lahan kosong, apapun ditanami asalkan menghasilkan,” katanya. (*)