“Penyelidikan epidemiologis terhadap kasus GgGAPA dilakukan oleh satgas. Mereka telah bergerak melakukan tracing, melacak kebiasaan, serta makanan dan minuman yang dikonsumsi pasien sebelum mengalami gejala,” ucapnya.
Sekaitan dengan pembentukan satgas penanganan penyakit GgGAPA ini, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P0 Diskes Sumbar), Yun Efiantina mengungkapkan, telah ditemukan benang merah kaitan antara konsumsi obat-obatan jenis sirup yang diduga mengandung etilen glikol oleh pasien dengan kemunculan penyakit GgGAPA.
“Benar, rata-rata pasien GgGAPA memang memiliki riwayat konsumsi paracetamol sirup, seperti Vipcol Sirup, Apialis Sirup, Elkana Suspensi, Unibebi Cough Sirup, OBH Combi Anak, Etasid Suspensi, Amoxilin Sirup, serta sejumlah merek obat-obatan yang telah dinyatakan dilarang beredar sementara oleh BPOM lainnya,” ujarnya.
Ia menambahkan, kasus GgGAPA di Sumbar sejauh ini masih didominasi oleh anak-anak berusia satu hingga lima tahun. Sedangkan para penderita GgGAPA, kata Yun, rata-rata dilaporkan mengalami gejala dan keluhan berupa demam, mual, muntah, batuk, pilek, penurunan produksi urine, atau bahkan kesulitan buang air kecil atau Anuria.
“Pada tahap yang lebih lanjut, bahkan pasien GgGAPA mengalami sesak nafas, kejang-kejang atau bahkan kehilangan kesadaran. Untuk itu, kita imbau kepada masyarakat untuk segera merujuk pasien ke fasilitas kesehatan terdekat, apabila menemukan anak-anak yang mengalami sejumlah gejala itu,” ucap Yun. (*)