HARIANHALUAN.ID – Menggencarkan jumlah pengunjung yang datang ke perpustakaan daerah Sumbar, Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Sumatra Barat tengah mempersiapkan pustaka tematik. Hal ini juga bertujuan untuk meningkatkan kenyamanan bagi pengunjung dan mampu meningkatkan literasi di Sumbar.
Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Sumbar, Novrial menyebutkan, program tematik bertujuan untuk membentuk tema utama dari pustaka Sumbar, sehingga menjadi menarik untuk jadi tujuan pembaca.
Apalagi semakin banyak yang datang ke perpustakaan, maka dapat dikatakan minat baca masyarakat pun semakin bertambah. Novrial menyampaikan, selama Tahun 2022 kunjungan pada perpustakaan daerah mencapai 58.767 pengunjung.
Rata-rata jumlah kunjungan perpustakaan per hari, mulai dari Senin-Sabtu lebih kurang 190 orang dari berbagai kalangan. Kunjungan pada 2022 di perpustakaan daerah Sumbar meningkat dibandingkan Tahun 2021, yang pada saat itu masih berlaku PPKM.
“Mulai dari kalangan siswa SD, SMP, SMA, mahasiswa, karyawan, doses, ABRI dan umum. Namun seperti yang kita ketahui, masih ada perpustakaan umum, perpustakaan khusus, sekolah dan lain sebagainya,” katanya.
Kemudian ia menjelaskan, program pustaka tematik itu perpusatakaan Sumbar menyediakan empat tema koleksi buku yang tersedia. Pertama, sejarah Minangkabau, gunanya untuk menambah wawasan pengunjung atau pustakawan tentang sejarah Minangkabau, yang sangat kaya dan tidak terpusat pada satu titik. Menurutnya, saat sekarang sangat penting untuk diketahui generasi pembaca berikutnya.
“Sekarangkan orang-orang tahunya cuma Pagaruyung. Padahal di Sumbar ini masih banyak kerajaan Minangkabau lainnya. Ada Indrapura, dan di daerah-daerah yang belum terekspos seperti yang lain,” tuturnya.
Kemudian tema kedua, yaitu koleksi buku tokoh-tokoh literasi Sumbar, ini menarik juga, karena tidak banyak orang-orang yang tahu siapa saja tokoh-tokoh literasi yang ada di Sumbar. Namun tema yang satu ini masih dioptimalkan kelengkapan arsipnya.
Novrial juga menambahkan, tema berikutnya yaitu Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) dan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI). Menurutnya, hal tersebut juga menarik untuk dibahas dan disediakan, karena tidak banyak di perpustakaan daerah yang menyediakan informasi mengenai hal tersebut.
Tema yang keempat yaitu warisan dunia. Hal ini berhubungan dengan kekayaan dan warisan-warisan dunia yang ada di Sumbar. Seperti halnya dua kekayaan alam Sumbar yang sudah terdaftar dalam Unesco, yaitu Ombilin di Sawahlunto dan Silek.
Disebutkannya, tujuan dari tema ini adalah untuk menjaga dan memperkaya literasi mengenai warisan dan kebudayaan yang ada di Sumbar. Namun, untuk tema warisan dunia masih dalam tahap pengumpulan arsip.
“Hemat saya, perpustakaan di daerah kita selain di Sumbar tidak menyediakan tema tertentu. Jadi semua bukunya sama, tidak ada yang ditonjolkan atau jadi ciri khas perpustakaan tersebut. Kalau ada buku-buku tentang warisan dunia yang sudah dan yang sedang diajukan sekarang kan semakin bagus,” ucapnya. (*)