Kembali kepada cerita mistik, Edi pernah didatangi satu keluarga dari Pasaman. Mereka menyatakan beberapa hari berturut-turut, dalam mimpinya didatangi oleh keluarganya yang meninggal akibat kecelakaan dan dikubur di TPU Tunggul Hitam. Jenazah itu, dalam mimpi keluarganya, minta tolong karena merasa tersakiti.
“Atas permintaan keluarganya, kami akhirnya membongkar kuburan itu. Setelah diperiksa, ternyata dua empu jari kakinya, terikat tali di balik kain kafannya. Ikatan dilepas, mayat itu dikuburkan lagi. Setelah itu, tenang, keluarganya tidak pernah didatangi lagi dalam mimpi,” katanya.
Ada pula cerita tentang kuburan yang tidak bisa digali. Cangkul, sekop dan linggis tidak bisa menembus tanah pusaranya. Jenazah dalam pusara itu, atas permintaan keluarganya, mau dipindahkan makamnya. Edi bersama temannya akhirnya berdoa dan menggunakan bambu kuning untuk menembus tanah pusara itu. Setelah pakai bambu kuning, penggalian pun berlangsung aman.
Terakhir, sebagai juru makam senior, Edi berharap agar TPU di Kota Padang bisa lebih ditata dan dirancang lebih baik lagi. “TPU, yang saya pahami itu kan Taman Pemakaman Umum. Kalau taman, berarti harus lebih nyaman dan indah. Kalau menata yang di Tunggul Hitam, mungkin agak lebih susah, karena lahannya nyaris sudah penuh. Tapi yang di Bungus, lokasinya luas dan jumlah kuburnya masih sedikit. Itu bisa ditata dengan baik,” kata Edi Mayik. (*)