Sumbar KLB Campak, Imunisasi Anak Harus Ditingkatkan

Campak

HARIANHALUAN.ID – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengumumkan 12 provinsi di Indonesia dinyatakan Kejadian Luar Biasa (KLB) campak. 

Keduabelas provinsi tersebut adalah Aceh, Sumatra Barat (Sumbar), Riau, Sumatra Utara (Sumut), Jambi, Jawa Barat (Jabar), Banten, Jawa Tengah (Jateng), Jawa Timur (Jatim),  Kalimantan Utara, NTT, dan Papua. 

Data dari Kemenkes, setidaknya ada 3.341 kasus campak sepanjang tahun 2022 yang tersebar di 31 provinsi. Sedangkan saat ini ada 55 KLB, dengan kasus terbanyak terjadi di Sumbar.

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Sumbar, dr. Roni Eka Sahputra menyebut, minimal ada dua kasus campak yang terkonfirmasi laboratorium untuk menyatakan satu daerah KLB. 

“Kasus campak dikatakan KLB di suatu daerah bila ada dua kasus terkonfirmasi pemeriksaan laboratorium,” ucapnya, Senin (23/1/2023). 

Namun demikian, dr. Roni menyebut, belum mendapatkan informasi pasti jumlah kasus campak di Provinsi Sumbar. “Saya baru liat berita itu. Jadi belum begitu dapat informasi yang tepat. Data terkait bisa dikonfirmasi ke Dinkes provinsi,” katanya. 

Ia menambahkan, kondisi ini bisa saja merupakan akibat dari minimnya imunisasi selama pandemi Covid-19 lebih kurang dua tahun terakhir. “Dengan kejadian pandemi kemarin dan imunisasi yang berkurang sangat memungkinkan kejadian ini terjadi,” tuturnya. 

Menyikapi kondisi ini, melengkapi imunisasi pada anak sangat diperlukan. “Untuk langkah antisipatif, orang tua untuk dapat melengkapi status imunisasi anak,” ujarnya. 

Kasus campak, sambungnya, memiliki gejala demam, sakit tenggorokan dan gejala yang khas, yaitu ada ruam kulit berbercak kemerahan. 

Hingga berita ini diturunkan, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumbar, dr. Lila Yanwar belum memberikan keterangan terkait.

Sebelum KLB campak, pada 2022 juga ditemukan KLB polio di Aceh. Kejadian ini mengejutkan, sebab Indonesia dinyatakan bebas polio sejak 2015. 

Ketua IDAI Sumbar, dr. Finny Fitri Yani saat itu membenarkan imunisasi yang turun drastis selama pandemi, menjadi penyebab kasus ini muncul kembali. “Gara-gara banyak anak-anak tidak mendapat vaksin selama pandemi, sehingga lebih dari 50 persen anak tidak memiliki kekebalan terhadap virus polio, juga tidak terdapat kekebalan komunitas, sehingga virus polio mudah masuk ke tubuh anak-anak tersebut,” ujarnya.

Kemenkes dan Dinkes, dibantu IDAI sudah bekerja sejak Maret, yaitu melaksanakan pekan imunisasi, Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) yang tujuannya untuk melengkapi imunisasi anak-anak yang tadinya belum lengkap. Namun, pencapaiannya belum memuaskan.

Ia berpesan pada orang tua, segera melengkapi imunisasi anak-anaknya, usia berapa pun, datang ke posyandu dan puskesmas, agar terhindar dari penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). (*)

Exit mobile version