Waspada Polio dan Campak, Ketum IDAI Sumbar Minta Warga Dukung dan Sukseskan Program Imunisasi

Imunisasi Polio

HARIANHALUAN.ID – Masyarakat Sumatra Barat (Sumbar) diminta untuk menyukseskan program imunisasi polio tambahan, yang akan diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) bersama Dinas Kesehatan (Diskes) Provinsi Sumbar mulai tanggal 20 Februari 2023.

Wakil Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Sumbar, Asrawati mengatakan, meskipun Kejadian Luar Biasa (KLB) Polio sejauh ini baru ditetapkan di Aceh, namun Sumbar masih tergolong ke dalam daerah dengan High Risk KLB Polio.

“Kondisi Aceh dan Sumbar sebenarnya hampir mirip. Cakupan imunisasi dasar lengkapnya masih di bawah cakupan nasional, sehingga Sumbar masih tergolong ke dalam daerah High Risk Polio,” ujarnya kepada Haluan, Kamis (2/2/2023).

Dokter Asrawati menjelaskan, sejauh ini cakupan imunisasi Measles and Rubela (MR) Sumbar, masih berada diangka 72,4 persen. Sedangkan capaian imunisasi yang telah dilakukan di Sumbar dalam program Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) pada Mei hingga November  2022, hanya berada diangka 49,7 persen.

“Artinya, cakupan imunisasi Sumbar masih jauh di bawah target nasional yang ditetapkan sebesar 90 persen. Jadi Sumbar tetap perlu waspada. Apalagi karena rendahnya capaian imunisasi MR ini, Gubernur juga telah menetapkan status KLB Campak di Juni 2022,” ucapnya.

Ia menerangkan, mengingat masih terbilang rendahnya capaian imunisasi MR Sumbar itu,  maka program imunisasi massal dalam bentuk crash program imunisasi Polio OPV dan IPV yang akan menyasar anak berusia 0 sampai 59 bulan, perlu segera dilakukan tanpa memandang status, interval, serta jadwal imunisasi yang telah diberikan sebelumnya.

Selain itu, menurut dia, masyarakat juga perlu terus diberikan edukasi mengenai Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), serta pengetahuan mengenai penularan penyakit polio dan campak. Dimana, menurutnya, tingkat penularan kedua penyakit ini sangatlah cepat dan bisa berdampak sangat fatal jika penyakit ini tidak segera ditangani dengan baik.

“Penyakit polio atau lumpuh layu ini akan menyebabkan anak penderita mengalami cacat permanen. Sedangkan penyakit campak, tingkat penularannya bahkan 18 kali lebih cepat dari Covid-19. Jika tidak segera ditangani, campak ini bahkan bisa menyebabkan komplikasi sampai ke otak,” ucapnya.

Mengingat begitu berbahayanya kedua penyakit ini, ia meminta agar masyarakat untuk bisa menyukseskan, serta mendukung  program imunisasi yang akan segera dilancarkan pemerintah.

Selain itu, Dokter Asrawati juga meminta peran aktif dari media massa untuk bisa berperan dalam menangkal hoaks seputar Kejadian Ikutan Pasca  Imunisasi  (KIPI) , yang akan berpotensi memicu kekhawatiran serta penolakan orang tua terhadap program imunisasi yang akan segera dilancarkan pemerintah.

“Hendaknya para orang tua jangan khawatir anaknya akan sakit setelah diimunisasi, sebab KIPI itu adalah respon normal tubuh si anak setelah diimunisasi. Kemudian, KIPI itu juga akan masih dipantau oleh petugas,” tuturnya. (*)

Exit mobile version