PADANG, HARIANHALUAN.ID – Psikolog yang merupakan Alumni Psikologi Unand dan UGM, Alfi Rahmadini menyebut agar anak tidak terbiasa berbohong, orangtua diminta untuk tidak juga berbohong kepada anak.
“Sejak kecil dari ilmu agama, ilmu psikologi itu sejalan. Dari kecil anak jangan diajarkan berbohong. Sekalipun itu mengiming-imingi seperti saat anak nangis orangtua membujuk nanti mama belikan kue ya, padahal mama tidak akan berniat membelikan kue dan memang tidak dibelikan kue. Hal itu akan ada proses pembelajaran pada anak. Sehingga nanti di situasi yang sama, dia juga berbohong karena orangtuanya juga melakukan seperti itu,” ucap Alfi saat dihubungi Haluan melalui sambungan telepon.
Kadang kebiasan seperti itu bisa membuat mindset kepada anak, bahwa kondisi seperti itu tidak apa berbohong.
Selain itu juga komunikasi yang lancar. Artinya komunikasi itu pesan yang disampaikan pemberi informasi dapat diterima dengan baik oleh si penerima.
“Itu hal yang penting, bagaimana kita sebagai orang dewasa mengontrol kata-kata kita kepada anak kecil dan memberi pemahaman yang tepat kepada anak. Bahkan Rasulullah melarang kita berbohong sekalipun kepada anak-anak,” ucapnya.
Kadang juga orangtua memberikan alasan-alasan yang tidak masuk akan kepada anak agar tidak melakukan sesuatu.
“Kadang juga di kampung-kampung pola-pola seperti ini masih diterapkan, seperti nanti kalau seperti itu datang harimau. Padahal kan itu tidak,” ujarnya.
Anak juga bisa menjadi penakut, minder atau tidak percaya diri dan terbiasa mencari alasan di situasi tertentu.
Disisi lain, sambungnya orangtua harus menanamkan dari kecil perilaku jujur dan bohong itu dampaknya seperti apa.
Jika nanti dalam tahap perkembangannya orangtua mendapati anak berbohong, maka perlu untuk memberi respon yang tidak menghakimi.
“Diedukasi jangan dihakimi. Sampaikan dengan baik. Jelaskan yang salah seperti apa yang betul bagaimana, agar perilakunya bisa terbentuk kembali,” kata dia menutup. (yes)