Suatu kesederhanaan yang membuat kami nyaris tidak percaya. Bahwa orang ini adalah pemenang dari salah satu Pilbup paling panas dalam sejarah Sumbar, yang berhasil meraih kemenangan dengan dukungan penuh dari ratusan ribu pendukung militan.
“Maaf, sudah menunggu cukup lama. Saya baru saja pulang dari ladang, belajar menanam cabai, jadi juga belum sempat berganti baju,” ucapnya dengan santai dan ramah sembari tersenyum saat menyambut kedatangan Haluan dengan balutan baju kaos putih oblong serta berkain sarung di rumah dinasnya awal bulan Maret lalu.
Belum habis rasa keterkejutan kami, dengan penampilannya yang sangat sederhana itu, ia pun juga menambahkan alasan dirinya untuk tetap beraktivitas di ladang di sela-sela kesibukannya sebagai seorang bupati. Alasan ini pun cukup unik dan sulit untuk tidak disebut sebagai suatu alasan yang menakjubkan.
“Saya memang sedang belajar bertani. Walaupun kata orang di ladang saya itu banyak monyet yang sering memakan tanaman, tapi biarlah, setidaknya saat nanti saya sudah menghadap Tuhan. Saya bisa katakan kepada Allah bahwa selama hidup saya pernah memberi makan monyet dengan hasil ladang saya,” ucapnya terkekeh sembari minta izin sejenak untuk berganti baju agar lebih layak difoto.
Mengenai kesederhanaan sikapnya ini, Bupati Rusma Yul Anwar mengaku bahwa dirinya lebih suka melakukan perjalanan dinas ke luar kota hanya dengan ditemani sopir dan satu orang ajudan ketimbang pergi dengan membawa rombongan yang berisikan sejumlah kepala dinas.
Sebab, menurut bupati yang lebih akrab dikenal oleh masyarakat Pesisir Selatan dengan panggilan “An Kadis” ini, membawa rombongan besar kepala dinas dalam setiap perjalanan dinas, hanya akan memboroskan waktu dan biaya perjalanan dinas yang notabene dibiayai dari uang negara.