16 Terduga Teroris Dibawa ke Jakarta, Tim Densus 88 Masih Siaga di Sumbar

Ilustrasi

HALUANNEWS, PADANG – Enam belas orang terduga teroris jaringan NII yang ditangkap di sejumlah daerah di wilayah Sumatra Barat (Sumbar) oleh Densus 88 Antiteror Mabes Polri pada (25/3) lalu telah diterbangkan ke Jakarta kemarin pagi.

Kabid Humas Polda Sumbar, Kombes Pol Satake Bayu Setianto membenarkan bahwa pelaku terduga terduga teroris dibawa ke Jakarta, setelah proses pemeriksaan di Polda selesai dilakukan.

“Iya benar, sudah selesai pemeriksaannya di Polda. Intinya mereka telah dibawa ke Jakarta pada Selasa (29/3/2022),” katanya saat dikonfirmasi.

Satake juga menyebutkan bahwasanya masih ada pasukan Densus 88 Antiteror Mabes Polri yang masih bersiaga di wilayah Sumbar.

“Densus 88 memang memiliki tim yang berperan untuk itu, ada satgas khusus untuk wilayah Sumbar,” ucapnya.

Sementara itu, Kepala Forum Komunikasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sumbar, Adil Mubarak mengatakan, sejumlah daerah yang menjadi tempat penangkapan terduga teroris daerah ini merupakan memiliki indeks kerukunan umat beragama terbilang rendah. Sehingga ditemukan kerawanan ekstrimisme tinggi di sejumlah daerah tersebut.

“Daerah Tanah Datar, Dharmasraya, Payakumbuh dan Lima Puluh Kota misalnya. Daerah itu berdasarkan hasil survei yang pernah dilakukan FKUB tahun 2019, memang merupakan daerah yang dianggap tidak memiliki indeks kerukunan beragama yang cukup baik selama beberapa tahun belakangan,” ujarnya.

Lebih lanjut Adil menyebutkan, belakangan ini pihaknya juga telah mendapatkan informasi yang mengatakan bahwa sel-sel jaringan terorisme mulai aktif merekrut anggota melalui media sosial di sejumlah wilayah di Sumbar.

“Pola perekrutannya mereka mulai berkembang, jika dahulunya mereka bergerak secara door to door lewat pengajian atau halaqoh-halaqoh. Kini mereka mulai melakukan perekrutan lewat media sosial, ini yang menjadi tren belakangan ini yang harus diwaspadai,” ucapnya.

Perubahan pola perekrutan calon-calon pelaku teror itu, kata Adil, seiring dengan hasil kajian yang telah dilakukan oleh FKPT beberapa waktu lalu, yang hasilnya menunjukkan bahwa konten di media sosial rawan disalahgunakan sebagai media penyebaran paham ekstrim.

Sedangkan mengenai akar dari fenomena radikalisme dan ekstrimisme yang belakangan ini kembali marak ditemukan gejalanya di Sumbar, Adil mengatakan bahwasanya fanatisme beragama bukan menjadi satu-satunya faktor tunggal.

“Radikalisme dan ekstrimisme ini kerap berawal dari intoleransi. Dalam artian, adanya suatu kelompok masyarakat yang tidak menerima perbedaan atau eksklusif. Kemudian jika ada yang tidak sesuai dengan pandangannya, mereka biasanya tidak segan-segan mengambil tindakan yang mengarah kepada anarkisme,” ucap Adil.

Diketahui, Densus 88 Antiteror Mabes Polri menangkap 16 orang terduga teroris jaringan NII yang telah mempersiapkan logistik dan persenjataan untuk selanjutnya angkat senjata jika negara dalam keadaan Chaos.

“Satu, berkeinginan untuk mengubah ideologi Pancasila dengan ideologi Syariat Islam secara kaffah. Dua, memiliki niat untuk menggulingkan pemerintahan yang sah apabila NKRI sedang dalam keadaan kacau/chaos,” kata  Kabag Bantuan Operasi Densus 88 Kombes Aswin Siregar saat dimintai konfirmasi.

Kelompok ini juga diyakini melakukan rekrutmen secara masif dengan melibatkan anak-anak di bawah umur dan terhubung dengaan jaringan NII di daerah lainnya, sebagaimana yang dikatakan Karo Penmas Mabes Polri. (*)

Reporter: Fauzi

Exit mobile version