Ini menjadi kesempatan yang sungguh kita impikan, untuk mendapatinya dengan
memperbanyak ibadah pada malam tersebut.
Akhirnya, marilah kegembiraan ini kita jadikan sebagai pemicu awal untuk lebih bersemangat dalam mengarungi samudera keberkahan Ramadhan dengan ragam ibadahnya yang mulia.
Kita menjalaninya satu persatu dengan ringan penuh suka cita, agar semua yang dijanjikan bisa kita dapatkan dalam Ramadhan ini.
Semoga Allah SWT memudahkan …..
Allahumma sholli ala muhammad wa ‘ala aalihi wa ashabihi ajmain….
(Sumber: Academia.edu)
!
“
$
%
&
’
‘
(
)
*
+
,
-
.
/
0
1
2
3
(
4
5
6
78
+
8
,
7(
9
Segala puji bagi Allah, teriring doa dan keselamatan semoga terlimpah atas nabi dan rasul
termulia: Muhammad SAW, juga atas keluarga dan para sahabat, serta kepada semua yang
mengikuti mereka dalam kebenaran sampai hari kiamat nanti.
Ramadhan Kariim, Marhaban Ya Ramadhan … Bulan Ramadhan telah benar-benar datang
menjelang. Kaum muslimin kembali bergembira dengan datangnya bulan yang mulia ini. Setelah
sebelas bulan kita mengarungi kehidupan yang penuh warna-warni, maka inilah momentum
yang tepat bagi kita semua untuk membersihkan diri dari segala dosa yang melekat tanpa kita
sadari.
Kaum Muslimin yang berbahagia …
Sungguh kita semua bergembira sepenuh hati dengan datangnya Ramadhan yang penuh berkah.
Rasa gembira ini adalah cerminan ketakwaaan yang ada dalam hati kita, karena sejatinya bulan
Ramadhan adalah salah satu dari syiar dalam agama kita, yang harus senantiasa kita hormati
dan agungkan. Allah SWT berfirman :
!
“
“ Dan barang siapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari
ketakwaan hati.” (QS Al-Hajj 32)
Karenanya, sungguh mengherankan jika ada sebagian kaum muslimin yang justru merasa berat
dengan hadirnya Ramadhan, merasa bahwa Ramadhan mengekang segala kebebasan dan
kemerdekaannya. Atau ada pula yang merasa biasa-biasa saja, merasa bahwa Ramadhan
hanyalah rutinitas belaka, yang datang silih berganti sebagaimana bulan-bulan lainnya. Sikap
seperti ini, tentu saja bukan cerminan ketakwaan yang ada dalam hati. Melainkan timbul dari
hati yang sakit atau jiwa yang lekat dengan maksiat. Tentu saja kita berlindung dari sikap yang
demikian …Naudzu billah tsuma naudzu billah
Ma’asyirol mukminin rahimakumullah …
Kegembiraan kita tentu saja bukan sebagaimana kegembiraan anak-anak kecil dengan hadirnya
Ramadhan. Karena mereka juga bergembira dengan datangnya bulan mulia ini, karena
mempunyai waktu banyak untuk bermain bersama teman, bahkan –mungkin saja- gembira
karena adanya petasan, dan janji pakaian baru di hari lebaran. Kegembiraan yang semacam ini
tentu saja melekat pada diri anak-anak semata, tapi bukan kegembiraan yang kita maksudkan
dalam menyambut Ramadhan yang mulia. Begitu pula kegembiraan kita bukanlah kegembiraan
anak –anak yang beranjak remaja. Dimana mereka bergembira dengan hadirnya Ramadhan,