Salah satu rumah yang terancam terban di Kelurahan Bukik Cangang Kayu Ramang, Kecamatan Guguak Panjang, Kota Bukittinggi jika sewaktu-waktu terjadi gempa. Minggu (9/4). Rumah ini berjarak kurang dari satu meter dari bibir Ngarai Sianok. FAUZI
PADANG, HARIANHALUAN.ID — Sesar aktif segmen Sianok, kembali bergerak serta memicu terjadinya serentetan gempa bumi yang mengguncang wilayah Kota Bukittinggi dan sekitarnya sepanjang Sabtu (8/4) lalu.
Selain menimbulkan kepanikan, goncangan gempa utama (Main Shock) berkekuatan 4,5 Skala Richter yang disusul dengan 8 kali gempa susulan tersebut, menyebabkan Tebing Karst Ngarai Sianok yang berada di Nagari Sianok VI Suku, Kabupaten Agam mengalami longsoran.
Akibatnya jalan penghubung Bukittinggi-Agam tersebut, sempat ditutup oleh aparat kepolisian selama beberapa saat lantaran adanya kekhawatiran akan adanya material longsoran susulan. Beruntung tidak ada korban jiwa maupun kerusakan yang dilaporkan pasca terjadinya gempa ini.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono mengatakan, gempa tersebut terjadi pada pukul 12.21 WIB dan berpusat di 9 Kilometer Barat Laut Bukittinggi, tepatnya di koordinat t0.30 LS, – 100.28 BT
“Pusat gempa berada dikedalaman 10 Kilometer. Dirasakan skala 3 MMI di Bukittinggi, Pariaman, serta skala 2 MMI di Padang Panjang,” ujarnya lewat akun twitter resmi @infoBMKG.
Berdasarkan analisis BMKG, gempa tersebut disusul oleh 9 kali gempa susulan (Aftershocks) dengan kekuatan yang terus melemah namun dengan koordinat yang terus bergeser setiap waktunya.
Senada dengan itu Kepala Stasiun Geofisika Padang Panjang, Suaidi Ahadi mengatakan, melihat episentrum pusat gempa, dan kedalaman episentrum, gempa tersebut diduga kuat merupakan akibat dari adanya aktivitas sesar aktif segmen Sianok.
“Episenter dan episentrum terbilang jenis gempa dangkal. Diduga disebabkan aktivitas sesar aktif segmen Sianok. Gempa ini tidak berpotensi menimbulkan tsunami,” ujarnya kepada Haluan Minggu (9/4).
Ia menambahkan, Gempa bumi tersebut berdampak dan dirasakan di daerah Bukittinggi dengan skala intensitas IV MMI. Artinya, Getaran dirasakan banyak orang dalam rumah, di luar oleh beberapa orang, serta menyebabkan jendela atau pintu berderik, dinding berbunyi dan benda yang terbuat dari gerabah pecah.
Sementara di daerah Padang Panjang dan Pariaman, kekuatan gempa berada di skala intensitas II-III MMI. Artinya Getaran dirasakan secara nyata bagi orang yang berada di dalam rumah. getaran dirasakan seakan-akan sebuah truk berlalu.
*Kota Bukittinggi Kuatkan System Kesiapsiagaaan dan Mitigasi Gempa*
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bukittinggi, Ibentaro Samudera mengatakan, pihaknya terus mematangkan sistem mitigasi dan kesiapnsiagaaan masyarakat Kota Bukittinggi dalam menghadapi potensi bencana gempa.
Hal itu merupakan sebuah keniscayaan mengingat Kota Bukittinggi berada tepat di kawasan patahan Sumatra (Sumatera Fault System) yang dikenal dengan patahan Semangko zona sesar Sianok. “Kita sudah memiliki program pelatihan dan penyuluhan kesiapan siagaan menghadapi potensi ancaman bencana gempa. Program itu telah kita jalankan setiap tahunnya mengingat Bukittinggi berada dikawasan rawan gempa,” ujarnya Kepada Haluan Minggu (9/4).
Ia menuturkan, saat ini Pemko Bukittinggi telah memetakan sebanyak 6 Kelurahan yang berada dilokasi rawan gempa karena posisinya berada tepat di bibir ngarai Sianok. Kelurahan tersebut diantaranya Kelurahan Birugo, Belakang Balok, Bukik Cangang, Kayu Kubu, Bukik Apik serta Panorama.
Pada wilayah enam Kelurahan tersebut, kata Iben, saat ini sudah tidak memungkinkan lagi pendirian bangunan baru, begitupun dengan upaya relokasi atau pemindahan penduduk yang saat ini juga tidak bisa dilakukan lantaran terkendala keterbatasan lahan.
“Zona merah dienam kelurahan kita tetapkan pada jarak nol sampai 25 meter dari bibir ngarai. Selain itu, di 24 Kelurahan yang ada di Kota Bukittinggi, kita juga telah membentuk KLBK atau Ketahanan Lingkungan Bencana Kelurahan,” ungkapnya.
Dikatakannya, di masing-masing kelurahan telah dibentuk 30 orang personel KLBK yang merupakan perpanjangan tangan BPBD. Mereka telah mendapatkan pelatihan khusus dan telah diberikan bantuan peralatan evaluasi darurat seperti senter, radio, tenda dan peralatan lainnya.
“Begitupun dengan kesiapnsiagaaan kita di institusi pendidikan. Kita telah menyiapkan sekolah siaga gempa dan mengadakan kegiatan simulasi maupun mitigasi gempa bagi siswa SD, SMP dan SMA,” ungkapnya.
Lebih jauh, ia katakan, sejak dua tahun belakangan, Pemko Bukittinggi juga telah menetapkan kawasan, hijau, kuning dan merah rawan gempa . Langkah itu kemudian juga diikuti dengan asesmen kelayakan spesifikasi bangunan tahan gempa oleh dinas PUPR setempat.
“Jadi bangunan baru yang didirikan harus menggunakan material Konstruksi tahan gempa, jika ada yang tidak memenuhi syarat, maka Izin Membangun atau IMB tidak akan diterbitkan,” jelasnya.
Dalam segi peralatan pun, kata Iben, BPBD Kota Bukittinggi saat ini juga telah menerima dua bantuan alat dari BMKG pusat. Alat itu berupa alat pemantau cuaca dan Pemantauan gempa dengan layar monitor Smart TV.
“Jika terjadi gempa yang berpusat Di Kota Bukittinggi, layar akan langsung memunculkan koordinat lokasi, magnitudo dan lain-lain sehingga personel langsung bisa digerakkan ke lokasi yang diperkirakan rawan atau terdampak,” pungkasnya. (fzi).