Keutamaan Membaca Tasbih, Tahmid, Tahlil dan Takbir Setelah Salat Lima Waktu

ilustrasi berzikir usai salat

ADA banyak amalan sehari-hari yang bisa dijadikan sebagai perantara untuk meminta kelancaran rezeki kepada Allah SWT. Dan ternyata salah satunya sederhana dilakukan dan lekat dengan salat sehari-hari yaitu membaca tasbih, tahmid, dan takbir setelah salat lima waktu. 

Diriwayatkan, ada orang-orang miskin datang menghadap Nabi. Mereka berkata, orang-orang kaya itu pergi membawa derajat yang tinggi dan kenikmatan yang kekal. Mereka salat sebagaimana kami shalat. Mereka puasa sebagaimana kami berpuasa. Namun mereka memiliki kelebihan harta sehingga bisa berhaji, berumrah, berjihad serta bersedekah. 

Nabi lantas bersabda, “Maukah kalian aku ajarkan suatu amalan yang dengan amalan tersebut kalian akan mengejar orang yang mendahului kalian dan dengannya dapat terdepan dari orang yang setelah kalian. Dan tidak ada seorang pun yang lebih utama daripada kalian, kecuali orang yang melakukan hal yang sama seperti yang kalian lakukan. Kalian bertasbih, bertahmid, dan bertakbir di setiap akhir salat sebanyak tiga puluh tiga kali.”

Kami pun berselisih. Sebagian kami bertasbih tiga puluh tiga kali, bertahmid tiga puluh tiga kali, bertakbir tiga puluh empat kali. Aku pun kembali padanya. Nabi bersabda, “Ucapkanlah subhanallah wal hamdulillah wallahu akbar, sampai tiga puluh tiga kali.” (HR Bukhari, no 843).

Dalam riwayat lain dikatakan, Nabi bersabda: “Barang siapa yang membaca: “Maha Suci Allah dan aku memuji-Nya”, dalam sehari seratus kali, maka kesalahannya akan dihapuskan sekalipun seperti buih air laut.” (HR. Bukhari: 7/168, Muslim: 4/2071 no.2691)

Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa yang membaca: Laailaaha illallaah wahdahu laa syariika lahu lahulmulku walahulhamdu wahuwa ‘alaa kulli syaiin qadiir, sepuluh kali, maka dia seperti orang yang memerdekakan empat orang budak dari keturunan Nabi Ismail.” (HR. Bukhari: 7/167, Muslim dengan lafazh yang sama: 4/2071 no.2693)

Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Dua kalimat yang ringan di lidah, pahalanya berat di timbangan (hari Kiamat) dan disukai oleh Tuhan Yang Maha Pengasih, adalah: Subhaanallaah wabi-hamdih, subhaanallaahil ‘azhiim.” (HR. Bukhari: 7/168, Muslim: 4/2072 no.2694)

Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sungguh, apabila aku membaca: ‘Subhaanallah walhamdulillaah walaa ilaaha illallaah wallaahu akbar’. Adalah lebih ku cintai dari sesuatu yang terkena sinar matahari (dunia seisinya)” (HR. Muslim: 4/2073 no.2695)

Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Apakah seorang diantara kalian tidak mampu mendapatkan seribu kebaikan setiap hari?” Salah seorang diantara yang duduk bertanya: “Bagaimana mungkin diantara kita bisa memperoleh seribu kebaikan (dalam sehari)?” Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Hendaklah dia membaca seratus tasbih, maka ditulis seribu kebaikan baginya atau dihapuskan darinya seribu keburukan.” (HR. Muslim: 4/2073 no.2698)

“Barang siapa yang membaca: Subhaanallaahi ‘azhiim wabihamdih, maka ditanam untuknya sebatang pohon kurma di Surga.” (HR. At-Tirmidzi: 5/511, Al-Hakim: 1/501. ia menshahihkannya. Adz-Dzahabi menyetujuinya. Lihat pula Shahihul Jami’: 5/531 dan Shahih At-Tirmidzi: 3/160)

Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Wahai Abdullah bin Qais! Maukah kamu kutunjukkan perbendaharaan Surga? “Aku berkata: “Tentu saya mau, wahai Rasulullah!” Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam berkata: “Bacalah: Laa haula walaa quwwata illaa billaah.” (HR. Bukhari, Fathul Bari: 11/213 dan Muslim: 4/2076 no.2704)

Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Perkataan yang paling disenangi oleh Allah adalah empat: Subhaanallaah,Alhamdulillaah, Laa ilaaha illallaah, Allaahu Akbar. Tidak mengapa dimulai yang mana di antara kalimat tersebut.” (HR. Muslim: 3/1685 no.2137)

Seorang Arab Badui datang kepada Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam, lalu berkata: ‘Ajari aku dzikir untuk aku baca!’ Rasul ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Katakanlah: Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Allah Maha Besar. Segala puji yang banyak bagi Allah. Maha Suci Allah, Tuhan sekalian alam dan tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Bijaksana.’ Orang Badui itu berkata: Kalimat itu untuk Tuhanku, mana yang untukku? Rasul ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Katakanlah: Ya Allah! Ampuni-lah aku, kasihanilah aku, berilah petunjuk kepadaku dan berilah rezeki kepadaku.” (HR. Muslim 4/2072. Abu Dawud menambah 1/220: Ketika orang Arab Badui berpaling, Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sungguh dia telah memenuhi kebaikan pada kedua telapak tangannya”)

Seorang laki-laki apabila masuk Islam, Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam mengajarinya shalat, kemudian beliau memerintahkan agar berdo’a dengan kalimat ini: Ya Allah, ampunilah aku, kasihanilah aku, berilah petunjuk kepadaku, melindungi (dari apa yang tidak kuinginkan) dan berilah rezeki kepadaku.” (HR. Muslim: 4/2073 no.3697, dengan tambahan: Sesungguhnya kalimat-kalimat tersebut akan mencukupi dunia dan akhiratmu)

“Sesungguhnya doa yang terbaik adalah membaca: Alhamdulillaah. Dzikir yang terbaik adalah: Laa Ilaaha Illallaah.” (HR. At-Tirmidzi: 5/462, Ibnu Majah: 2/1249, Al-Hakim: 1/503. Ia menshahihkan. Dan Adz-Dzahabi menyetujuinya, Lihat pula Shahihul Jami’: 1/362)

“Kalimat-kalimat yang baik adalah: “Subhaanallaah, walhamdulillaah, wa laa ilaaha illallaah, wallaahu akbar, walaa haula walaa quwwata illaa billaah.” (HR. Ahmad no. 513 menurut susunan Ahmad Syakir, sanadnya shahih, lihat Majma’uz Zawa’id: 1/297, Ibnu Hajar menisbatkannya di Bulughul Maram dari riwayat Abu Sa’id kepada An-Nasa’i. Ibnu Hajar berkata: “Hadits tersebut adalah shahih menurut Ibnu Hibban dan Al-Hakim). ***

Exit mobile version