Astaga… 26 Ribu Orang di Sumbar Dibayangi Risiko HIV Akibat Hubungan Sesama Jenis Ayah-Anak Hingga Mamak-Kemenakan

PADANG, HARIANHALUAN.ID – Konsultan Penyakit Tropik dan Infeksi (Petrik) RSUP M Djamil Padang, dr. Armen Ahmad SpPD KPTI FINASIM, mengungkapkan bahwa pada tahun 2022, terdapat 350 kasus HIV yang terjadi di daerah tersebut. Dalam jumlah tersebut, sebanyak 266 kasus dikaitkan dengan praktik hubungan seksual Lelaki Sesama Lelaki (LSL).

Menurut dr. Armen, secara perhitungan epidemiologi, di belakang satu penderita dimungkinkan terdapat 100 pengidap lainnya, jadi kalau dikalkulasikan 266 kasus dikalikan 100 mencerminkan adanya potensi risiko HIV yang mengintai sekitar 26.600 orang lainnya dalam masyarakat yang terlibat dalam hubungan LSL tersebut.

dr. Armen menyebut, jumlah 26.600 yang berisiko ini hanya terjadi selama tahun 2022. Sementara sejak tahun 2004 hingga 2021, tercatat 1.168 kasus LSL dan waria, yang berarti sekitar 116.800 orang telah terlibat dalam kasus tersebut dari tahun 2004 hingga 2021, ditambah dengan 26.600 orang pada tahun 2022.

Lebih jauh dr. Armen menjelaskan, jumlah penderita HIV di Indonesia sampai tahun 2021 saja sebanyak 456.463 orang. “Provinsi Sumbar urutan ke-21 dengan kasus per 2021 sebanyak 4.378 kasus,” ucapnya kepada Haluan Minggu (4/6) di Padang.

Data ini menggarisbawahi pentingnya kesadaran dan upaya pencegahan terhadap penyebaran HIV, khususnya dalam konteks hubungan seksual sesama jenis kelamin. Dalam menangani masalah ini, upaya edukasi, pengujian HIV secara teratur, serta akses yang lebih mudah ke layanan kesehatan menjadi faktor penting yang perlu diperhatikan oleh masyarakat.

Hal yang mengejutkan lainnya, perilaku LSL yang sudah terjadi ditemukan antara ayah dengan anak, mamak dengan kemenakan, anak mamak dengan anak bako, kakak beradik (kembar), dosen dengan mahasiswa, mahasiswa dengan mahasiswa, guru dengan murid dan murid dengan murid.

dr. Armen kembali mengingatkan HIV bukan penyakit main-main. “HIV penyakit menular. Kalau sudah kena tidak akan bisa disembuhkan. Akan menjadi penderita seumur hidup,” ucap Dokter Spesialis Penyakit Dalam ini.

Penularannya melalui cairan tubuh, darah, sperma, cairan kemaluan wanita dan cairan air susu ibu. “Sekarang yang paling tinggi penularan HIV itu melalui hubungan seks sejenis yang biasa dikenal dengan Lelaki Seks Lelaki (LSL) itu tadi,” tuturnya.

Namun demikian, dr. Armen menambahkan yang perlu dijauhi adalah perilakunya bukan pelakunya. “Sebenarnya kita tidak perlu mencari siapa yang LGBT. Yang perlu dilakukan kita memberi penjelasan kepada masyarakat, pendidik dari tingkat SD, SMP, SLTA, Perguruan Tinggi hingga, orangtua bagaimana agar menjauhi perilaku ini,” kata dia.

Lebih penting menjelaskan bagaimana menghindari LGBT. Masyarakat terutama usia remaja dan produktif harus mengenal, menjaga memelihara diri agar tidak menjadi korban LGBT.

“Untuk mencegahnya semestinya kita mendatangkan orang-orang yang sudah pernah terlibat LGBT, narkoba, pelacur menjelaskan di muka anak-anak, orangtua, mahasiswa supaya mereka mengenal kalau mereka sudah menjadi penderita HIV sudah tidak bisa disembuhkan. Seperti inilah jadinya. Penyesalan datang kemudian,” tuturnya.

Kemudian tidak kalah penting, andaikan di lingkungan masyarakat ada LGBT, masyarakat harus menjaga diri agar tidak menjadi korban. “Orang tua juga, misalnya ada orang-orang sejenis yang memegang-memegang tubuhnya. Dia membela diri, melarikan diri, melaporkan, memukul, dan melawan. Biasanya dengan mengenal kalau sudah HIV itu jadi penderita seumur hidup, orang orang akan takut terlibat dalam LGBT,” ucapnya.

Disamping itu, dr. Armen menambahkan peran ulama perlu dalam menjelaskan bahaya LGBT. “Adalah pasti abadi di neraka, kecuali mereka bertaubat. Kalau yang tidak sempat bertaubat pasti mereka di neraka. Pemahaman itu yang harus diperkuat,” katanya lagi.

Selain itu perlu juga meningkatkan keimanan, ketakwaan, pengawasan di lingkungan. Termasuk sekolah-sekolah yang homogen. “Jadi lingkungan yang berbaur hanya laki-laki saja atau perempuan saja. Perlu ditingkatkan pengawasan ini. Karena bisa menjadi sarang berkembangnya LGBT juga,” ucapnya menutup. (yes)

Exit mobile version