PADANG, HARIANHALUAN.ID — Seminggu telah berlalu semenjak perhelatan Pekan Nasional (Penas) Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) XVI di Kota Padang resmi berakhir. Kendati demikian, bukan berarti tujuan utama iven nasional tiga tahunan itu telah sepenuhnya tercapai. Justru sebaliknya, setumpuk pekerjaan rumah telah siap menanti Sumatera Barat selaku tuan rumah Penas KTNA XVI.
Pakar Ekonomi Universitas Andalas (Unand), Prof. Elfindri, menyebutkan, indikator keberhasilan Penas KTNA XVI tak hanya dilihat dari dampak jangka pendek yang ditimbulkan selama penyelenggaraan iven berlangsung. Lebih dari itu, keberhasilan sesungguhnya dilihat dari efek jangka panjang yang ditimbulkan terhadap perekonomian Sumbar, khususnya dari sektor pertanian.
“Saya pribadi mengapresiasi apa yang dilakukan pemerintah daerah (Pemda), yang telah membawa iven nasional ke Sumbar. Karena banyak yang datang, banyak berbelanja, uang pun berputar. Tapi itu kan dampak jangka pendek saja. Hanya selama iven tersebut berlangsung. Yang paling penting sebenarnya justru apa dampak jangka panjang yang ditimbulkan setelah itu,” katanya saat dihubungi Haluan, Rabu (21/6).
Dampak jangka panjang itu hanya bisa dihasilkan jika pemda sigap dalam melakukan langkah-langkah follow up setelah Penas KTNA berakhir. Berangkat dari pengalaman yang sudah-sudah, ucap Prof Elfindri, pemda seringkali kagok dan lupa melakukan follow up lantaran kembali disibukkan oleh iven-iven selanjutnya. Menurutnya, seminggu setelah iven berakhir seharusnya sudah ada pergerakan dari pemerintah daerah.
“Harusnya sekarang kan masing-masing daerah sudah mulai memanggil kelompok-kelompok tani, khususnya yang ikut terlibat dalam Penas KTNA tersebut, untuk mewujudkan apa-apa yang diterima petani selama iven berlangsung, apakah itu berupa inovasi, teknologi baru, dan sebagainya. Tak harus pemerintah yang berinvestasi. Bisa saja pemerintah menjadi fasilitator atau pengawas untuk memastikan ilmu dan inovasi yang diterima petani selama Penas KTNA bisa diterapkan secara optimal di lapangan. Tentunya dengan tujuan akhir bagaimana mewujudkan perubahan sektor pertanian ke arah yang lebih baik,” tuturnya.
Lebih jauh, ia menyebutkan, di tengah perkembangan teknologi informasi yang pesat belakangan ini, sangat mudah untuk mendapatkan informasi tentang pertanian. Jika hanya mengejar teori, maka pemerintah tak perlu buang-buang uang untuk menggelar iven berskala nasional. Dengan hanya bermodalkan gawai, petani sudah bisa mengakses segala informasi terkait pertanian, baik itu berupa inovasi maupun teknologi terbaru. Bagian tersulitnya justru bagaimana menerapkan teori tersebut di lapangan.