Di sisi lain, Indonesia memiliki jumlah kredit karbon cukup besar yang dihasilkan oleh kurang lebih 172 hektare hutan yang tersedia. Potensi ini bisa dimanfaatkan degan sangat baik pada pasar karbon untuk mencapai NZE.
“Kami di CFA Indonesia memang memiliki konsen tinggi mengenai carbon trading, kemarin OJK telah menerbitkan nomenklaturnya. Jadi nanti kita akan bahas bagaimana skema jual belinya, bagaimana itu aturannya, pasarnya, bagian yang berperan seperti apa,” lanjut Pahala.
Pahala menambahkan, target utama dari kegiatan_Indonesia’s Transition towards Net Zero_ ini adalah memberikan masukan pada stakeholder bagaimana mengelola perusahaan dalam ESG (environment, social, and governance) yang baik.
“Selain carbon trading yang menjadi fokus utama kami. Di CFA Indonesia, kami akan memperbaiki kekurangan kami sebelumnya yaitu dalam peran advokasi memberikan masukan terkait upaya mendorong kebijakan terkait praktik ESG. Target KPI kami ada tiga perusahaan emiten dan fund yang menerapkan disclosures ESG,” tutup Pahala.
Acara ini didukung oleh banyak pihak dan menjadi ajang diskusi untuk mempercepat target transisi energi. PLN sebagai lokomotif transisi energi menjadi salah satu bagian dalam diskusi CFA ini. Direktur Transmisi dan Perencanaan Sistem PLN, Evy Haryadi akan menjadi pembicara dan membahas transisi energi di sektor ketenagalistrikan. (*)